China Eksportir Senjata Terbesar Ketiga Dunia

Selasa, 17 Maret 2015 - 12:19 WIB
China Eksportir Senjata...
China Eksportir Senjata Terbesar Ketiga Dunia
A A A
BEIJING - China berhasil melampaui Jerman sebagai eksportir senjata terbesar ketiga di dunia. Laporan lembaga think tank Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) itu dirilis kemarin.

Ekspor senjata dari China tumbuh 143% dari 2010 hingga 2014, dibandingkan lima periode sebelumnya, saat Negeri Panda itu berada di peringkat kesembilan secara global.

“Negara- negara Asia terus meningkatkan kemampuan militer mereka, dengan menekankan pada aset-aset maritim,” kata Siemon Wezeman, peneliti senior di Program Belanja Militer dan Senjata SIPRI, dikutip kantor berita Reuters . Lebih dari 68% ekspor senjata China menuju Pakistan, Bangladesh, dan Myanmar. Beijing juga menjual sebagian besar senjata pada 18 negara Afrika. Para analis menjelaskan, persenjataan buatan China dibeli negara-negara yang berbeda pendapat dengan Amerika Serikat (AS) dan aliansinya.

Kementerian Luar Negeri (kemenlu) China menyatakan, negara itu sangat hati-hati dan bertanggung jawab dengan ekspor persenjataannya. “Kami mengikuti prinsip membantu negara penerima dengan kemampuan mempertahankan diri secara masuk akal, tidak merusak stabilitas dan perdamaian regional serta global, dan tidak mengintervensi politik internal negara penerima,” papar juru bicara Kemenlu China Hong Lei.

Impor persenjataan China turun 42% antara 2010 dan 2014, dibandingkan lima tahun sebelumnya. China tidak merilis data untuk penjualan persenjataannya. Belanja militer China juga meningkat dua digit selama beberapa dekade. Negeri Panda itu mengucurkan banyak dana untuk memodernisasi kekuatan persenjataan saat negara itu meningkatkan aksinya dalam sengketa wilayah di kawasan. Para pakar menjelaskan, persenjataan buatan China dapat dibandingkan dengan produk buatan AS atau Rusia meski informasi tentang ini masih jarang.

Negara-negara tetangga China juga telah bereaksi keras dengan perkembangan persenjataan modern Negeri Panda, termasuk kapal induk kedua, pesawat tanpa awak (drone ), dan jet tempur yang tak terdeteksi radar. Adapun ekspor persenjataan Jerman turun 43%, Prancis turun 27% pada periode yang sama. Secara keseluruhan ada peningkatan 16% dalam volume perdagangan senjata di penjuru dunia.

Meski China berada di posisi ketiga secara global, masih ada perbedaan yang besar antara volume ekspor dan dua eksportir terbesar dunia yakni AS dan Rusia. AS menguasai 31% ekspor persenjataan dunia, adapun Rusia membukukan 27%. Ekspor persenjataan dari kedua negara naik 23% dan 37% pada periode tersebut. SIPRI membandingkan penjualan senjata itu dalam periode lima tahun karena ada fluktuasi yang besar dalam volume perdagangan senjata setiap tahun.

Sementara itu, China kembali menunjukkan tanda pertumbuhan yang lemah pada dua bulan pertama tahun ini. Data industri dan ritel menunjukkan penurunan sehingga muncul perkiraan pemerintah akan mengucurkan stimulus baru untuk mendorong perekonomian. “Output industri yang mengukur produksi di pabrik, workshop, dan pertambangan China naik 6,8% year on year (yoy) pada Januari dan Februari,” ungkap data Biro Statistik Nasional (NBS) China, dikutip kantor berita AFP .

Data itu yang terendah dalam enam tahun sejak pertumbuhan 5,7% pada Desember 2008 dan lebih sedikit dibandingkan proyeksi rata-rata pertumbuhan 7,7% dalam survei ekonom oleh Bloomberg News. “Penjualan ritel yang menjadi indikator kunci belanja konsumen, naik 10,7% selama dua bulan pertama 2015, dibandingkan tahun lalu,” ungkap NBS. Ini yang terburuk sejak pertumbuhan 9,4% pada Februari 2006. Investasi aset tetap yang mengukur belanja pemerintah untuk infrastruktur, tumbuh 13,9% selama periode tersebut.

Ini yang terendah dalam 13 tahun sejak peningkatan 13,7% pada 2001. Data ini gambaran terbaru kondisi kesehatan ekonomi China yang menjadi penggerak utama perekonomian global. Keadaan ini bagian dari fase transisi dari pertumbuhan tahunan dua digit selama beberapa dekade menjadi model pertumbuhan terbaru yang menurut Pemerintah China akan lebih berkelanjutan.

“Secara keseluruhan data aktivitas inti menunjukkan melemahnya momentum pertumbuhan. Tren penurunan sekarang merupakan isu struktural yang melibatkan koreksi pasar properti dan overkapasitas di sektor manufaktur,” tulis ekonom Nomura dalam analisis atas data tersebut. “Untuk mengatasi penurunan pertumbuhan ekonomi, kita sekarang memperkirakan kebijakan moneter akan diperlonggar lagi.”

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6579 seconds (0.1#10.140)