BI Nilai Ekonomi Kepri Belum Efisien untuk Investasi

Sabtu, 21 Maret 2015 - 04:23 WIB
BI Nilai Ekonomi Kepri Belum Efisien untuk Investasi
BI Nilai Ekonomi Kepri Belum Efisien untuk Investasi
A A A
BATAM - Bank Indonesia (BI) Kepulau Riau (Kepri) menilai perekonomian Kepri dengan FTZ masih belum efisien yang terindikasi dari tingginya tingkat incremental capital output ratio (ICOR).

ICOR merupakan persentase kebutuhan investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) di suatu wilayah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%. Artinya, untuk meningkatkan PDRB sebesar 1% membutuhkan investasi di level ICOR Kepri dari PDRB.

Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra mengatakan, semakin kecil ICOR maka efisiensi ekonomi semakin baik. Perhitungan BI sendiri dalam 10 tahun terakhir rata-rata ICOR Kepri sebesar 4,6% lebih tinggi dibanding rata-rata Sumatera dan nasional, masing-masing 4,5% dan 4%.

"Nilai ICOR mengindikasikan efisiensi tingkat investasi yang diukur dari PDRB ADHK. Nilai ICOR yang semakin rendah mengindikasikan investasi yang semakin efisien," ujarnya, Jumat (20/3/2015).

Gusti menjelaskan, nilai ICOR Kepri yang relatif tinggi tersebut mengindikasikan bahwa diperlukan investasi yang lebih besar untuk menghasilkan output atau nilai tambah terhadap perekonomian.

ICOR yang tinggi dipengaruhi ketergantungan impor yang tinggi sehingga nilai tambah output industri relatif kecil. "Indikasinya Kepri perlu effort lebih besar menaikkan nilai tambah dari bahan baku lokal. ICOR Kepri tinggi dampak dari ketergantungan impor yang masih tinggi," kata dia.

Berdasarkan data BI, komposisi investasi di dalam struktur PDRB Kepri sebesar 41,5% sepanjang 2014. Adapun, pertumbuhan ekonomi Kepri pada periode yang sama tercatat 7,32%.

Perhitungan ICOR Kepri juga sejak 2005 di bawah kisaran 5%. Dalam kurun waktu 2010-2014 ICOR terus meningkat di atas 4%.

Gusti mengatakan level ICOR Kepri yang masih tinggi saat ini disebabkan karena investasi yang baru saja masuk belum beroperasi secara optimal. Dia optimistis jika investasi yang ditanamkan telah berproduksi penuh maka akan mampu menurunkan level ICOR.

Selain itu, inefisiensi perekonomian Kepri juga disebabkan kemudahan perizinan dari birokrasi pemerintahan yang belum optimal juga turut menyumbang tingginya biaya investasi. Investasi infrastruktur dari pemerintah juga perlu digenjot untuk menekan level ICOR.

Kemudian berdasarkan survey kemudahan berusaha, Batam juga tercatat di peringkat 15 di Indonesia yang menandakan masih sulitnya prosedur investasi.

Pemerintah dinilai memegang peranan kritikal untuk menciptakan kondisi investasi yang lebih kondusif, khususnya dari sisi prosedur perizinan atau kemudahan berusaha.

"Prosedur investasi masih menjadi salah satu faktor hambatan investasi di Kepri, tercermin dari indikator CPI (corruption perception indes) yang tinggi serta rangking ease of doing business Batam yang berada di urutan ke 15 dari 20 kota besar lainnya di Indonesia," papar Gusti.

Sementara itu, Presiden Direktur Citra Mas Group Kris Wiluan mengatakan salah satu kekuatan penting ekonomi Batam selain FTZ adalah terletak di Selat Malaka dan dekat dengan kekuatan ekonomi dunia Singapura.

Namun, sampai saat ini masih ada beberapa keluhan klasik yang dirasa yakni regulasi kebijakan yang masih belum memberikan kepastian. Padahal, menurutnya masih banyak investasi industri yang ingin masuk ke Batam.

"Saya mohon DK, BP, Pemko dan Pemprov menghilangkan hambatan ini. Kita terlalu banyak jual aturan padahal banyak sekali kesempatan memenuhi pasar," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7734 seconds (0.1#10.140)