Perindo Dorong Pengembangan Sorgum Demi Kemandirian Pangan
A
A
A
JAKARTA - Indonesia bisa lepas dari ketergantungan impor bahan pangan. Ada berbagai hal bisa dikembangkan termasuk pengembangan sorgum sebagai pengganti gandum demi kemandirian pangan.
Pemerintah Indonesia saat ini melakukan impor sekitar 7 juta ton gandum/tahun. “Nilainya mencapai Rp 30 triliun,” kata Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia Yudiutomo Imardjoko dalam dialog kebangsaan bersama Partai Perindo di DPP Partai Perindo akhir pekan ini.
Dialog tersebut dihadiri oleh Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT), Sekjen Ahmad Rofiq, Wasekjen Muhammad Sopiyan, Ketua bidang Kader, Anggota dan Saksi Armyn Gultom dan pengusaha Budi Prakoso, yang merupakan adik dari Setiawan Djodi.
Dalam dialog tersebut Yudiutomo menjelaskan berbagai terobosan yang telah dilakukan dari pengembangan tekonologi nuklir, salah satunya pengembangan sorgum.
Seperti diketahui, BUMN di bidang nuklir tersebut telah mengembangkan perkebunan sorgum. Pengembangan sorgum ditujukan untuk menggantikan gandum yang kebutuhannya selama ini dipenuhi dari impor. Dengan pengembangan teknologi nuklir komoditas pangan ini bisa dipanen setiap tiga bulan sekali.
Sebagai informasi, Sorgum adalah tanaman pangan yang bisa hidup di daerah tandus. Selain sebagai pengganti gandum, sorgum juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal lainnya, di antaranya beras sorgum, yang saat ini sudah dikembangakan di provinsi NTT.
Selain itu, juga bisa menjadi bahan bakar energi ramah lingkungan, bioethanol.
Ahmad Rofiq mengatakan, pengembangan pangan alternatif tersebut sangat positif sebab bisa mengurangi ketergantungan impor pangan.
“Sorgum ini diversifikasi, ini mendorong kemandirian pangan,” kata Rofiq. Dia menambahkan Partai Perindo akan melakukan penjajakan untuk lebih mendorong pengembangan sorgum.
Partai Perindo melihat sorgum berdampak positif untuk mendorong laju perekonomian Indonesia karena banyak menyerap tenaga kerja. Sebagai gambaran, untuk setiap 1000 hektare (ha) lahan, tenaga kerja yang terserap sebanyak 5000 orang.
“Sorgum bisa dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia,” tandas HT.
Teknologi Nuklir
Selain Sorgum, Rofiq menambahkan, sudah semestinya pengembangan teknologi nuklir harus terus didorong karena bermanfaat dalam berbagai hal.
Selain pengembangan teknologi pangan yang produktif dan efesisen, juga untuk kemanusian seperti pengobatan. “Rekayasa teknologi nuklir bisa dikembangkan jauh lebih luas,” kata dia
Muhammad Sopiyan menambahkan, hasil dari pengembangan teknologi nuklir bisa bermanfaat untuk berbagai kebutuhan termasuk untuk kesehatan, di antaranya untuk jantung, kanker dan berbagai penyakit lainnya.
Saat ini saja, kata dia, dengan berbagai peralatan yang sudah berumur Inuki bisa produktif dalam berkarya. Apalagi bila mendapatkan dukungan dari pemerintah.
“Selama ini mereka belum menjadi prioritas, padahal manfaatnya banyak sekali, termasuk untuk pengembangan energi,” kata Sopiyan.
Sementara Hary mengatakan bahwa perkonomian Indonesia bisa melesat lebih cepat lagi dengan pengelolaan yang benar.
“Perkonomian Indonesia bisa melesat 7%-9% dengan konsisten. Dengan begitu Indonesia akan menjadi negara di peringkat lima besar dunia dalam hal perekonomian,” tandasnya.
Pemerintah Indonesia saat ini melakukan impor sekitar 7 juta ton gandum/tahun. “Nilainya mencapai Rp 30 triliun,” kata Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia Yudiutomo Imardjoko dalam dialog kebangsaan bersama Partai Perindo di DPP Partai Perindo akhir pekan ini.
Dialog tersebut dihadiri oleh Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT), Sekjen Ahmad Rofiq, Wasekjen Muhammad Sopiyan, Ketua bidang Kader, Anggota dan Saksi Armyn Gultom dan pengusaha Budi Prakoso, yang merupakan adik dari Setiawan Djodi.
Dalam dialog tersebut Yudiutomo menjelaskan berbagai terobosan yang telah dilakukan dari pengembangan tekonologi nuklir, salah satunya pengembangan sorgum.
Seperti diketahui, BUMN di bidang nuklir tersebut telah mengembangkan perkebunan sorgum. Pengembangan sorgum ditujukan untuk menggantikan gandum yang kebutuhannya selama ini dipenuhi dari impor. Dengan pengembangan teknologi nuklir komoditas pangan ini bisa dipanen setiap tiga bulan sekali.
Sebagai informasi, Sorgum adalah tanaman pangan yang bisa hidup di daerah tandus. Selain sebagai pengganti gandum, sorgum juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal lainnya, di antaranya beras sorgum, yang saat ini sudah dikembangakan di provinsi NTT.
Selain itu, juga bisa menjadi bahan bakar energi ramah lingkungan, bioethanol.
Ahmad Rofiq mengatakan, pengembangan pangan alternatif tersebut sangat positif sebab bisa mengurangi ketergantungan impor pangan.
“Sorgum ini diversifikasi, ini mendorong kemandirian pangan,” kata Rofiq. Dia menambahkan Partai Perindo akan melakukan penjajakan untuk lebih mendorong pengembangan sorgum.
Partai Perindo melihat sorgum berdampak positif untuk mendorong laju perekonomian Indonesia karena banyak menyerap tenaga kerja. Sebagai gambaran, untuk setiap 1000 hektare (ha) lahan, tenaga kerja yang terserap sebanyak 5000 orang.
“Sorgum bisa dikembangkan di berbagai wilayah di Indonesia,” tandas HT.
Teknologi Nuklir
Selain Sorgum, Rofiq menambahkan, sudah semestinya pengembangan teknologi nuklir harus terus didorong karena bermanfaat dalam berbagai hal.
Selain pengembangan teknologi pangan yang produktif dan efesisen, juga untuk kemanusian seperti pengobatan. “Rekayasa teknologi nuklir bisa dikembangkan jauh lebih luas,” kata dia
Muhammad Sopiyan menambahkan, hasil dari pengembangan teknologi nuklir bisa bermanfaat untuk berbagai kebutuhan termasuk untuk kesehatan, di antaranya untuk jantung, kanker dan berbagai penyakit lainnya.
Saat ini saja, kata dia, dengan berbagai peralatan yang sudah berumur Inuki bisa produktif dalam berkarya. Apalagi bila mendapatkan dukungan dari pemerintah.
“Selama ini mereka belum menjadi prioritas, padahal manfaatnya banyak sekali, termasuk untuk pengembangan energi,” kata Sopiyan.
Sementara Hary mengatakan bahwa perkonomian Indonesia bisa melesat lebih cepat lagi dengan pengelolaan yang benar.
“Perkonomian Indonesia bisa melesat 7%-9% dengan konsisten. Dengan begitu Indonesia akan menjadi negara di peringkat lima besar dunia dalam hal perekonomian,” tandasnya.
(rna)