Saudi Desak Produsen Minyak Non-OPEC Bekerja Sama
A
A
A
RIYADH - Para produsen minyak di luar Organisasi Negara- Negara Pengekspor Minyak (OPEC) harus bekerja sama menahan penurunan harga minyak mentah dunia karena kartel itu menolak bertanggung jawab sendiri.
Sikap itu diungkapkan Menteri Minyak Arab Saudi Ali al- Naimi kemarin. ”Kami menolak mengambil tanggung jawab sendiri karena OPEC memproduksi 30% output pasar dan 70% berasal dari pihak luar,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP . Harga minyak mentah turun sekitar 60% antara Juni dan Februari, akibat melimpahnya suplai global dan kekhawatiran penurunan permintaan.
Penurunan harga minyak itu memburuk pada November saat OPEC menolak memangkas produksi untuk mengatasi penurunan harga. Menurut OPEC, mereka ingin mempertahankan pangsa pasar. Grup beranggota 12 negara yang dipimpin oleh produsen minyak terbesar, Arab Saudi, memompa sekitar sepertiga minyak dunia. Meski demikian, para pemain utama lainnya seperti Rusia tidak terikat dengan berbagai keputusan OPEC.
Saat ditanya apakah OPEC akan bekerja sama dengan negara- negara non-anggota, Naimi menjelaskan krisis 1998, saat kartel itu bekerja sama dengan para produsen lain untuk mengurangi output dan membantu menaikkan harga minyak. ”Saat ini, situasinya sulit. Kami sudah mencoba, bertemu mereka tapi tidak berhasil karena mereka bersikeras bahwa OPEC harus mengambil tanggung jawab sendiri,” ujar Naimi terkait perundingan dengan para produsen minyak non-OPEC sebelum pertemuan kartel itu pada November.
”Semua pihak harus berkontribusi jika kita ingin memperbaiki harga karena ini kepentingan semua pihak,” kata Naimi. Naimi menjelaskan, kerajaan Arab Saudi memiliki kapasitas untuk menyuplai klien baru mana pun dengan minyak mentah. Saudi tidak keberatan jika ada produsen minyak baru yang ingin bergabung dengan OPEC.
Dia pun mengungkapkan bahwa beberapa negara telah menolak undangan untuk menjadi anggota kartel tersebut. Menteri Saudi itu juga mempertahankan kebijakan minyak negara-negara teluk. Menurutnya, negara-negara teluk telah mengambil berbagai langkah untuk menstabilkan pasar.
”Kami tidak melawan siapa pun. Kami dengan semua pihak mendukung stabilitas pasar dan mendukung keseimbangan antara suplai dan permintaan,” katanya. Arab Saudi dan negaranegara Teluk telah banyak dituduh menggunakan minyak sebagai senjata politik melawan negara-negara di dalam dan luar OPEC.
Harga minyak turun dalam perdagangan di Asia kemarin, dengan minyak acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate, untuk pengiriman Mei turun USD65 sen menjadi USD45,92 dan Brent turun USD58 sen menjadi USD54,74. Bloomberg News mengutip Naimi saat menyatakan bahwa negaranya memproduksi sekitar 10 juta barel minyak mentah per hari.
Saudi memompa 9,85 juta barel per hari pada Februari. Analis investasi Phillip Futures, Daniel Ang, di Singapura menjelaskan, ada masalah mendasar pada suplai dan permintaan yang mempengaruhi pasar. ”Harga minyak turun karena sentimen kasar yang orang miliki terhadap minyak saat ini,” ujarnya.
Syarifudin
Sikap itu diungkapkan Menteri Minyak Arab Saudi Ali al- Naimi kemarin. ”Kami menolak mengambil tanggung jawab sendiri karena OPEC memproduksi 30% output pasar dan 70% berasal dari pihak luar,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP . Harga minyak mentah turun sekitar 60% antara Juni dan Februari, akibat melimpahnya suplai global dan kekhawatiran penurunan permintaan.
Penurunan harga minyak itu memburuk pada November saat OPEC menolak memangkas produksi untuk mengatasi penurunan harga. Menurut OPEC, mereka ingin mempertahankan pangsa pasar. Grup beranggota 12 negara yang dipimpin oleh produsen minyak terbesar, Arab Saudi, memompa sekitar sepertiga minyak dunia. Meski demikian, para pemain utama lainnya seperti Rusia tidak terikat dengan berbagai keputusan OPEC.
Saat ditanya apakah OPEC akan bekerja sama dengan negara- negara non-anggota, Naimi menjelaskan krisis 1998, saat kartel itu bekerja sama dengan para produsen lain untuk mengurangi output dan membantu menaikkan harga minyak. ”Saat ini, situasinya sulit. Kami sudah mencoba, bertemu mereka tapi tidak berhasil karena mereka bersikeras bahwa OPEC harus mengambil tanggung jawab sendiri,” ujar Naimi terkait perundingan dengan para produsen minyak non-OPEC sebelum pertemuan kartel itu pada November.
”Semua pihak harus berkontribusi jika kita ingin memperbaiki harga karena ini kepentingan semua pihak,” kata Naimi. Naimi menjelaskan, kerajaan Arab Saudi memiliki kapasitas untuk menyuplai klien baru mana pun dengan minyak mentah. Saudi tidak keberatan jika ada produsen minyak baru yang ingin bergabung dengan OPEC.
Dia pun mengungkapkan bahwa beberapa negara telah menolak undangan untuk menjadi anggota kartel tersebut. Menteri Saudi itu juga mempertahankan kebijakan minyak negara-negara teluk. Menurutnya, negara-negara teluk telah mengambil berbagai langkah untuk menstabilkan pasar.
”Kami tidak melawan siapa pun. Kami dengan semua pihak mendukung stabilitas pasar dan mendukung keseimbangan antara suplai dan permintaan,” katanya. Arab Saudi dan negaranegara Teluk telah banyak dituduh menggunakan minyak sebagai senjata politik melawan negara-negara di dalam dan luar OPEC.
Harga minyak turun dalam perdagangan di Asia kemarin, dengan minyak acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate, untuk pengiriman Mei turun USD65 sen menjadi USD45,92 dan Brent turun USD58 sen menjadi USD54,74. Bloomberg News mengutip Naimi saat menyatakan bahwa negaranya memproduksi sekitar 10 juta barel minyak mentah per hari.
Saudi memompa 9,85 juta barel per hari pada Februari. Analis investasi Phillip Futures, Daniel Ang, di Singapura menjelaskan, ada masalah mendasar pada suplai dan permintaan yang mempengaruhi pasar. ”Harga minyak turun karena sentimen kasar yang orang miliki terhadap minyak saat ini,” ujarnya.
Syarifudin
(bbg)