Saudi Aramco Ingin Tingkatkan Pasokan ke China
A
A
A
BEIJING - Perusahaan minyak milik negara Arab Saudi, Saudi Aramco melihat peluang besar di China dan akan terus mencari kerja sama dengan perusahaan China untuk melayani dan menjelajahi pasar di kedua negara.
Presiden dan CEO Saudi Aramco Khalid Al-Falih mengatakan, Saudi Aramco sebagai pemasok minyak mentah terbesar di China, dengan pangsa pasar lebih dari 10% ingin meningkatkan pasokan dan membuat produk yang lebih terjangkau dan hemat energi.
"Kami melihat pasokan energi kita berpotensi dua kali lipat pada satu waktu, karena permintaan energi China tumbuh," katanya seperti dikutip dari Market Watch, Rabu (25/3/2015).
Menurut data pemerintah, perusahaan yang satu ini memasok sekitar 13% dari permintaan minyak mentah China tahun lalu. Melakukan investasi dalam dua proyek kilang di provinsi timur Fujian bekerja sama dengan perusahaan minyak China milik negara China Petrochemical Corp.
"Kami melihat setiap provinsi di China kita bertanggung jawab untuk memberikan energi yang terjangkau dan ramah lingkungan. Saya berharap bahwa di masa depan, setiap provinsi di China akan melihat nama Aramco," ujar dia.
Dia memuji inisiatif pemerintah China dalam mengembangkan Belt Ekonomi Abad 21 Silk Road untuk meliputi dua ujung Asia, Asia timur yang dipimpin China dan Asia Barat serta Timur Tengah yang dipimpin Arab Saudi, dan di mana-mana di antara keduanya.
"Arab Saudi dan China dapat menjadi mitra dan membawa visi ini dengan realitas. Kami ingin menjadi platform bagi China untuk melayani dan mengakses pasar di Timur Tengah dan Afrika," tuturnya.
"Kami akan membuat infrastruktur yang tersedia di Arab Saudi dan perusahaan China untuk berinvestasi, untuk melayani pasar kami, pasar regional dan bahkan benua Afrika," katanya.
Sementara, terkait dengan rencana kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi tahun ini, pihaknya berharap bahwa hal itu dapat menyebabkan lebih banyak kerja sama antara keduanya.
Rencana Saudi Aramco untuk berbisnis di Cina adalah untuk tumbuh atas permintaan China. "Kami ingin membuat produk bertanggung jawab terhadap lingkungan yang konsumen China inginkan," ucap Al-Falih.
Pihaknya juga menyadari bahwa hal tersebut membutuhkan banyak investasi. "China saat ini memiliki sistem kilang yang dioperasikan oleh perusahaan nasional China yang besar, tetapi untuk memenuhi harapan ke depan dengan normal perlu upgrade kualitas, kilang mereka perlu diganti atau perlu ditingkatkan secara besar-besaran dengan investasi yang sangat berat," tuturnya.
Presiden dan CEO Saudi Aramco Khalid Al-Falih mengatakan, Saudi Aramco sebagai pemasok minyak mentah terbesar di China, dengan pangsa pasar lebih dari 10% ingin meningkatkan pasokan dan membuat produk yang lebih terjangkau dan hemat energi.
"Kami melihat pasokan energi kita berpotensi dua kali lipat pada satu waktu, karena permintaan energi China tumbuh," katanya seperti dikutip dari Market Watch, Rabu (25/3/2015).
Menurut data pemerintah, perusahaan yang satu ini memasok sekitar 13% dari permintaan minyak mentah China tahun lalu. Melakukan investasi dalam dua proyek kilang di provinsi timur Fujian bekerja sama dengan perusahaan minyak China milik negara China Petrochemical Corp.
"Kami melihat setiap provinsi di China kita bertanggung jawab untuk memberikan energi yang terjangkau dan ramah lingkungan. Saya berharap bahwa di masa depan, setiap provinsi di China akan melihat nama Aramco," ujar dia.
Dia memuji inisiatif pemerintah China dalam mengembangkan Belt Ekonomi Abad 21 Silk Road untuk meliputi dua ujung Asia, Asia timur yang dipimpin China dan Asia Barat serta Timur Tengah yang dipimpin Arab Saudi, dan di mana-mana di antara keduanya.
"Arab Saudi dan China dapat menjadi mitra dan membawa visi ini dengan realitas. Kami ingin menjadi platform bagi China untuk melayani dan mengakses pasar di Timur Tengah dan Afrika," tuturnya.
"Kami akan membuat infrastruktur yang tersedia di Arab Saudi dan perusahaan China untuk berinvestasi, untuk melayani pasar kami, pasar regional dan bahkan benua Afrika," katanya.
Sementara, terkait dengan rencana kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi tahun ini, pihaknya berharap bahwa hal itu dapat menyebabkan lebih banyak kerja sama antara keduanya.
Rencana Saudi Aramco untuk berbisnis di Cina adalah untuk tumbuh atas permintaan China. "Kami ingin membuat produk bertanggung jawab terhadap lingkungan yang konsumen China inginkan," ucap Al-Falih.
Pihaknya juga menyadari bahwa hal tersebut membutuhkan banyak investasi. "China saat ini memiliki sistem kilang yang dioperasikan oleh perusahaan nasional China yang besar, tetapi untuk memenuhi harapan ke depan dengan normal perlu upgrade kualitas, kilang mereka perlu diganti atau perlu ditingkatkan secara besar-besaran dengan investasi yang sangat berat," tuturnya.
(izz)