Lawatan ke China, Jokowi Jadi 'Sales' Investasi Maritim
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rangkaian lawatannya ke Republik Rakyat China (RRC) gencar mempromosikan peluang investasi di Indonesia. Bahkan, Jokowi menjadi 'sales' untuk investasi maritim di Indonesia.
Dalam kunjungannya tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang di Balai Agung Rakyat, Beijing. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengundang para investor Negeri Tirai Bambu untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan di Indonesia.
“Saya mengajak dan menjajaki kemungkinan gagasan dan inisiatif respon dari China, saya ingin sekali investor dari China bisa berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan, galangan kapal, dan industri perikanan,” ujarnya seperti dikutip dalam laman Setkab di Jakarta, Jumat (27/3/2015).
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga mengatakan, pertemuan dengan Presiden Xi Jinping pada hari sebelumnya sangat produktif dengan adanya penandatanganan delapan nota kesepahaman kemitraan strategis dan komprehensif antara kedua negara.
Bahkan, kata pengusaha mebel ini, kedua negara sudah membicarakan kerja sama di bidang maritim. “Indonesia dan China punya misi yang sama. China punya jalur sutera maritim dan Indonesia punya gagasan poros maritim dunia,” imbuh dia.
Sementara itu, Li Keqiang mengatakan bahwa Indonesia dan China memiliki banyak kesamaan tradisi dan tujuan yang sama untuk mendorong terciptanya perdamaian dunia. “Yang Mulia Presiden Joko Widodo adalah teman lama bagi saya, saya ingin bertukar pikiran,” tutur Li.
Menurutnya, kerja sama ekonomi bisa dilakukan di banyak bidang yang saling melengkapi termasuk di bidang infrastruktur, pertambangan, perikanan, dan lain-lain.
“Ini mencerminkan Indonesia punya keinginan kuat untuk mendukung pengembangan perikanan dan perindustrian, karena syarat untuk menjadi negara modern prasyaratnya memajukan perindustrian,” kata dia.
Li menambahkan, negaranya memiliki teknologi dan produktivitas tinggi di bidang infrastruktur dan perindustrian yang bisa membawa manfaat bagi kerja sama antara dua negara.
“Kalau menggabungkan potensi yang dimiliki dalam bidang industri saya yakin akan membawa manfaat bagi dua pihak. Kelebihan kami selain produksi besar, harga juga menarik. Kerja sama menggabungkan kelebihan dan potensi akan membawa dampak yang baik,” tandasnya.
Dalam kunjungannya tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang di Balai Agung Rakyat, Beijing. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengundang para investor Negeri Tirai Bambu untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan di Indonesia.
“Saya mengajak dan menjajaki kemungkinan gagasan dan inisiatif respon dari China, saya ingin sekali investor dari China bisa berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan, galangan kapal, dan industri perikanan,” ujarnya seperti dikutip dalam laman Setkab di Jakarta, Jumat (27/3/2015).
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga mengatakan, pertemuan dengan Presiden Xi Jinping pada hari sebelumnya sangat produktif dengan adanya penandatanganan delapan nota kesepahaman kemitraan strategis dan komprehensif antara kedua negara.
Bahkan, kata pengusaha mebel ini, kedua negara sudah membicarakan kerja sama di bidang maritim. “Indonesia dan China punya misi yang sama. China punya jalur sutera maritim dan Indonesia punya gagasan poros maritim dunia,” imbuh dia.
Sementara itu, Li Keqiang mengatakan bahwa Indonesia dan China memiliki banyak kesamaan tradisi dan tujuan yang sama untuk mendorong terciptanya perdamaian dunia. “Yang Mulia Presiden Joko Widodo adalah teman lama bagi saya, saya ingin bertukar pikiran,” tutur Li.
Menurutnya, kerja sama ekonomi bisa dilakukan di banyak bidang yang saling melengkapi termasuk di bidang infrastruktur, pertambangan, perikanan, dan lain-lain.
“Ini mencerminkan Indonesia punya keinginan kuat untuk mendukung pengembangan perikanan dan perindustrian, karena syarat untuk menjadi negara modern prasyaratnya memajukan perindustrian,” kata dia.
Li menambahkan, negaranya memiliki teknologi dan produktivitas tinggi di bidang infrastruktur dan perindustrian yang bisa membawa manfaat bagi kerja sama antara dua negara.
“Kalau menggabungkan potensi yang dimiliki dalam bidang industri saya yakin akan membawa manfaat bagi dua pihak. Kelebihan kami selain produksi besar, harga juga menarik. Kerja sama menggabungkan kelebihan dan potensi akan membawa dampak yang baik,” tandasnya.
(dmd)