Industri Makanan-Minuman Diperkuat
A
A
A
SUKABUMI - Industri makanan dan minuman (mamin) didorong memperkuat mata rantai produksi. Ini untuk menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN yang mulai berlaku akhir 2015 mendatang.
Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin, pengembangan industri ke depan harus fokus kepada penguatan seluruh mata rantai produksi melalui pembentukan jejaring industri secara nasional.
”Tujuannya, agar tercipta pembangunan industri yang berkelanjutan dengan struktur dan kapabilitas industri yang tangguh serta nilai tambah yang tinggi,” kata Menperin seusai meresmikan pabrik minuman milik PT Asahi Indofood Beverage Makmur di Sukabumi, Jabar, kemarin. Sektor industri agro dengan subsektor industri pangan olahan ini, kata Menperin, merupakan salah satu prioritas dalam tahap persiapan melalui pembentukan working group.
Menurutnya, working group ini menjadi media harmonisasi bagi setiap negara anggota ASEAN di bawah koordinasi ASEAN Consultative Committee on Standard and Quality for Prepared Foodstuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG). Penguatan industri makanan minuman dinilai penting lantaran memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi nasional. Pada 2014 kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap produk domestik bruto (PDB) nonmigas sebesar 36,94%.
Pertumbuhan cabang industri ini terhadap industri nonmigas mencapai 8,80%. Selain itu, industri makanan dan minuman dapat menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 1,6 juta orang pada 2014. Investasi sektor industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 33,3% dari total investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri. Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA), investasi sektor industri makanan memberikan kontribusi sebesar 25,09%.
Nilai investasi PMA sektor industri ini mencapai USD2,54 miliar atau meningkat 71,34% dibandingkan periode tahun sebelumnya. Khusus Jepang, realisasi penanaman modal dari negara ini mencapai USD412,1 miliar sepanjang periode 2010-2014. Jepang juga selalu masuk dalam daftar lima besar negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia. Pengembangan industri makanan minuman, imbuh Menperin, merupakan salah satu andalan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
”Target Indonesia baru sesuai Nawa Cita Kabinet Kerja antara lain kedaulatan pangan akan diupayakan seluas-luasnya dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri melalui pengembangan industri berbasis agro, baik sebagai bahan pangan pokok maupun untuk memenuhi bahan baku industri makanan dan minuman,” papar Saleh Husin.
Target Omzet Asahi
Asahi Indofood ini merupakan hasil patungan antara PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan perusahaan Jepang, Asahi Group Holdings Ltd sejak 2012. Asahi menggenggam porsi saham mayoritas sebesar 51% dan sisanya di tangan Indofood. ”Kami menaruh harapan untuk mengembangkan bisnis yang luar biasa di Indonesia dan sekaligus menjembatani hubungan Indonesia- Jepang,” ungkap CEO Asahi Group Naoki Izumiya.
Sebelum joint venture , divisi minuman Indofood CBP telah mencatatkan nilai penjualan Rp218,9 miliar dan menargetkan untuk mencapai Rp5 triliun di 2017. Pabrik penghasil minuman nonalkohol di kawasan Cicurug ini menyerap investasi Rp750 miliar dan memiliki kapasitas produksi 974.000 karton/ bulan.
Oktiani endarwati
Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin, pengembangan industri ke depan harus fokus kepada penguatan seluruh mata rantai produksi melalui pembentukan jejaring industri secara nasional.
”Tujuannya, agar tercipta pembangunan industri yang berkelanjutan dengan struktur dan kapabilitas industri yang tangguh serta nilai tambah yang tinggi,” kata Menperin seusai meresmikan pabrik minuman milik PT Asahi Indofood Beverage Makmur di Sukabumi, Jabar, kemarin. Sektor industri agro dengan subsektor industri pangan olahan ini, kata Menperin, merupakan salah satu prioritas dalam tahap persiapan melalui pembentukan working group.
Menurutnya, working group ini menjadi media harmonisasi bagi setiap negara anggota ASEAN di bawah koordinasi ASEAN Consultative Committee on Standard and Quality for Prepared Foodstuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG). Penguatan industri makanan minuman dinilai penting lantaran memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi nasional. Pada 2014 kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) secara kumulatif terhadap produk domestik bruto (PDB) nonmigas sebesar 36,94%.
Pertumbuhan cabang industri ini terhadap industri nonmigas mencapai 8,80%. Selain itu, industri makanan dan minuman dapat menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 1,6 juta orang pada 2014. Investasi sektor industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 33,3% dari total investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri. Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA), investasi sektor industri makanan memberikan kontribusi sebesar 25,09%.
Nilai investasi PMA sektor industri ini mencapai USD2,54 miliar atau meningkat 71,34% dibandingkan periode tahun sebelumnya. Khusus Jepang, realisasi penanaman modal dari negara ini mencapai USD412,1 miliar sepanjang periode 2010-2014. Jepang juga selalu masuk dalam daftar lima besar negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia. Pengembangan industri makanan minuman, imbuh Menperin, merupakan salah satu andalan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
”Target Indonesia baru sesuai Nawa Cita Kabinet Kerja antara lain kedaulatan pangan akan diupayakan seluas-luasnya dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri melalui pengembangan industri berbasis agro, baik sebagai bahan pangan pokok maupun untuk memenuhi bahan baku industri makanan dan minuman,” papar Saleh Husin.
Target Omzet Asahi
Asahi Indofood ini merupakan hasil patungan antara PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan perusahaan Jepang, Asahi Group Holdings Ltd sejak 2012. Asahi menggenggam porsi saham mayoritas sebesar 51% dan sisanya di tangan Indofood. ”Kami menaruh harapan untuk mengembangkan bisnis yang luar biasa di Indonesia dan sekaligus menjembatani hubungan Indonesia- Jepang,” ungkap CEO Asahi Group Naoki Izumiya.
Sebelum joint venture , divisi minuman Indofood CBP telah mencatatkan nilai penjualan Rp218,9 miliar dan menargetkan untuk mencapai Rp5 triliun di 2017. Pabrik penghasil minuman nonalkohol di kawasan Cicurug ini menyerap investasi Rp750 miliar dan memiliki kapasitas produksi 974.000 karton/ bulan.
Oktiani endarwati
(ars)