Peningkatan Kapasitas Harus Didukung Bahan Baku Lokal
A
A
A
JAKARTA - Prospek industri makanan dan minuman nasional dinilai sangat positif, ditopang oleh tingginya jumlah penduduk sebagai pasar domestik. Namun, pengembangan industri makanan dan minuman harus didukung oleh ketersediaan bahan baku lokal.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, penyediaan bahan baku lokal harus diperbanyak. Menurutnya, produksi bahan baku dari lokal akan menjamin kelangsungan produksi karena menghindari ketergantungan dari pasokan bahan baku impor dan menguatkan daya saing. ”Artinya, kita harus memperkuat struktur industri makanan minuman,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima KORAN SINDO kemarin.
Selain penguatan bahan baku lokal, hambatan-hambatan lain seperti keterbatasan infrastruktur, kurangnya pasokan energi, dan tingginya suku bunga untuk menambah investasi juga harus segera diselesaikan. Dengan begitu, kapasitas produksi industri makanan dan minuman nasional bisa digenjot. Menurut Saleh, keterbatasan infrastruktur merupakan kendala yang kerap saat perusahaan ingin berekspansi.
Salah satunya, ketika perusahaan ingin memperluas dan mendekatkan pabrik ke lokasi sumber bahan baku. Saleh menambahkan, pengembangan industri olahan ini akan turut mendorong perekonomian di berbagai wilayah di Indonesia, sekaligus mendorong tumbuhnya industri-industri terkait. Oleh karena itu, penguatan industri makanan dan minuman menjadi andalan ketika ingin meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian.
”Kita terus mendorong agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri di era pasar global dan menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jika industri kita kuat, maka tidak perlu takut menghadapi MEA. Justru, kita bisa memperluas pasar ekspor,” tandasnya. Chairman Wings Group Eddy William Katuari mengatakan, sebagai pelaku industri, pihaknya berkomitmen terus meningkatkan penggunaan bahan baku lokal.
Dia mencontohkan, untuk produk kopi misalnya, Wings memperoleh pasokan dari sentra kopi di Sumatera dan juga dari Toraja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas pada tahun 2014 sebesar 30%. Sedangkan, laju pertumbuhan kumulatif industri makanan dan minuman pada tahun 2014 mencapai 9,54%, meningkat dari tahun 2013 sebesar 4,07%.
Oktiani endarwati
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, penyediaan bahan baku lokal harus diperbanyak. Menurutnya, produksi bahan baku dari lokal akan menjamin kelangsungan produksi karena menghindari ketergantungan dari pasokan bahan baku impor dan menguatkan daya saing. ”Artinya, kita harus memperkuat struktur industri makanan minuman,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima KORAN SINDO kemarin.
Selain penguatan bahan baku lokal, hambatan-hambatan lain seperti keterbatasan infrastruktur, kurangnya pasokan energi, dan tingginya suku bunga untuk menambah investasi juga harus segera diselesaikan. Dengan begitu, kapasitas produksi industri makanan dan minuman nasional bisa digenjot. Menurut Saleh, keterbatasan infrastruktur merupakan kendala yang kerap saat perusahaan ingin berekspansi.
Salah satunya, ketika perusahaan ingin memperluas dan mendekatkan pabrik ke lokasi sumber bahan baku. Saleh menambahkan, pengembangan industri olahan ini akan turut mendorong perekonomian di berbagai wilayah di Indonesia, sekaligus mendorong tumbuhnya industri-industri terkait. Oleh karena itu, penguatan industri makanan dan minuman menjadi andalan ketika ingin meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian.
”Kita terus mendorong agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri di era pasar global dan menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jika industri kita kuat, maka tidak perlu takut menghadapi MEA. Justru, kita bisa memperluas pasar ekspor,” tandasnya. Chairman Wings Group Eddy William Katuari mengatakan, sebagai pelaku industri, pihaknya berkomitmen terus meningkatkan penggunaan bahan baku lokal.
Dia mencontohkan, untuk produk kopi misalnya, Wings memperoleh pasokan dari sentra kopi di Sumatera dan juga dari Toraja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas pada tahun 2014 sebesar 30%. Sedangkan, laju pertumbuhan kumulatif industri makanan dan minuman pada tahun 2014 mencapai 9,54%, meningkat dari tahun 2013 sebesar 4,07%.
Oktiani endarwati
(bbg)