Astra International Bagi Dividen Rp8,74 T
A
A
A
JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) membagikan dividen tunai sebesar Rp8,74 triliun atau Rp216 per saham pada tahun ini. Angka tersebut 45,57% dari laba bersih perseroan tahun lalu sebesar Rp19,18 triliun.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan dividen interim sebesar Rp64 per saham sudah dibayarkan pada 31 Oktober 2014, sementara sisanya sebesar Rp152 per saham akan dibayarkan pada 29 Mei 2015.
”Rencana pemberian dividen ini telah disetujui oleh pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan. Adapun, pembayaran dividen akan dilakukan dengan memerhatikan ketentuan pajak, ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI), dan ketentuan pasar modal lainnya yang berlaku,” kata Prijono seusai RUPS Tahunan di Jakarta, kemarin. Lebih lanjut dia menjelaskan, setelah dibagikan untuk dividen tunai pada tahun ini, sisa laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp10,43 triliun akan dibukukan sebagai laba ditahan guna mendukung kegiatan bisnis perseroan ke depan.
Astra International sepanjang tahun lalu membukukan laba bersih sebesar Rp19,18 triliun atau menurun tipis sebesar 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya, di angka Rp19,41 triliun. Penurunan laba tersebut disebabkan laba bersih dari divisi automotif merosot 14% menjadi Rp8,5 triliun. Selain itu, laba pada divisi infrastruktur, logistik, dan lainnya mengalami penurunan sebesar 34% menjadi Rp490 miliar.
Sementara, penjualan mobil Astra secara nasional menurun 6% menjadi 614.000 unit, sedangkan penjualan sepeda motor Astra meningkat sebesar 8% menjadi 5,1 juta unit. Laporan keuangan perseroan menyebutkan pendapatan bersih ASII naik jadi Rp201,70 triliun dari pendapatan bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp193,88 triliun, dan beban pokok naik jadi Rp162,89 triliun dari beban pokok tahun sebelumnya yang sebesar Rp158,57 triliun.
Prijono mengungkapkan, sepanjang tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp13 triliun. Dana tersebut akan digunakan ASII untuk pengembangan sejumlah lini bisnis dari masingmasing anak usaha. Selain untuk terus mengembangkan anak usaha perseroan, dana tersebut akan digunakan untuk membangun outlet baru melalui merek kendaraan Toyota dan Daihatsu. Perseroan juga mengalokasikan capex untuk pengembangan Astra OtopartsdanAstraAgro Lestari.
”Capex untuk membangun outlet paling sedikit memakan biaya Rp500 miliar. Serta, ada pengembangan untuk Astra Otoparts dan Astra Agro Lestari sebesar masing-masing Rp2 triliun sampai Rp3 triliun,” ujarnya. Adapun, alokasi capex untuk mengembangkan anak usaha lainnya yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR) mencapai Rp5 triliun.
Hingga akhir kuartal I/2015 alokasi belanja modal yang telah diserap perseroan secara konsolidasi baru mencapai 20%. ”Hingga kuartal I/2015 dana belanja modal baru terserap 20% secara konsolidasi. Sementara, dana untuk proyeksi akuisisi masih tergantung nanti,” kata Prijono. Selain pemberian dividen, agenda RUPST perseroan yaitu melakukan perubahan susunan kepengurusan baik itu posisi direksi maupun komisaris.
Pemegang saham yang hadir menyetujui untuk mengangkat dua mantan menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu Mari Elka Pangestu dan Muhamad Chatib Basri sebagai komisaris independen perseroan. ”Manajemen menyetujui pengunduran diri Erry Firmansyah, Soemadi DM Brotodiningrat, dan Hisayuki Inoue dari posisi komisaris independen perseroan. Dalam kesempatan yang sama manajemen juga telah mengangkat Mari Elka Pangestu, Muhamad Chatib Basri, dan Kyoichi Tanada sebagai komisaris independen perseroan yang baru,” paparnya.
Selain menunjuk komisaris independen yang baru, hasil RUPST Astra International menyetujui pengangkatan Gunawan Geniusahardja sebagai Direktur Independen ASII dan mengangkat Djony Bunarto Tjondro sebagai Direktur ASII. Managing Director Investa Saran Mandiri Kiswoyo Joe mengatakan, raksasa produsen automotif ini masih akan menghadapi tantangan besar. Pasalnya, sektor automotif sebagai lini bisnis utama ASII diprediksi masih belum bisa bangkit padahal sektor ini berkontribusi lebih dari 51% terhadap pendapatan perseroan.
”Dari sisi lain, ASII tidak bisa mengharapkan topangan dari lini lainnya mengingat kinerja anak usaha masih mengalami perlambatan,” kata Kiswoyo dalam risetnya.
Heru febrianto
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan dividen interim sebesar Rp64 per saham sudah dibayarkan pada 31 Oktober 2014, sementara sisanya sebesar Rp152 per saham akan dibayarkan pada 29 Mei 2015.
”Rencana pemberian dividen ini telah disetujui oleh pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan. Adapun, pembayaran dividen akan dilakukan dengan memerhatikan ketentuan pajak, ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI), dan ketentuan pasar modal lainnya yang berlaku,” kata Prijono seusai RUPS Tahunan di Jakarta, kemarin. Lebih lanjut dia menjelaskan, setelah dibagikan untuk dividen tunai pada tahun ini, sisa laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp10,43 triliun akan dibukukan sebagai laba ditahan guna mendukung kegiatan bisnis perseroan ke depan.
Astra International sepanjang tahun lalu membukukan laba bersih sebesar Rp19,18 triliun atau menurun tipis sebesar 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya, di angka Rp19,41 triliun. Penurunan laba tersebut disebabkan laba bersih dari divisi automotif merosot 14% menjadi Rp8,5 triliun. Selain itu, laba pada divisi infrastruktur, logistik, dan lainnya mengalami penurunan sebesar 34% menjadi Rp490 miliar.
Sementara, penjualan mobil Astra secara nasional menurun 6% menjadi 614.000 unit, sedangkan penjualan sepeda motor Astra meningkat sebesar 8% menjadi 5,1 juta unit. Laporan keuangan perseroan menyebutkan pendapatan bersih ASII naik jadi Rp201,70 triliun dari pendapatan bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp193,88 triliun, dan beban pokok naik jadi Rp162,89 triliun dari beban pokok tahun sebelumnya yang sebesar Rp158,57 triliun.
Prijono mengungkapkan, sepanjang tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp13 triliun. Dana tersebut akan digunakan ASII untuk pengembangan sejumlah lini bisnis dari masingmasing anak usaha. Selain untuk terus mengembangkan anak usaha perseroan, dana tersebut akan digunakan untuk membangun outlet baru melalui merek kendaraan Toyota dan Daihatsu. Perseroan juga mengalokasikan capex untuk pengembangan Astra OtopartsdanAstraAgro Lestari.
”Capex untuk membangun outlet paling sedikit memakan biaya Rp500 miliar. Serta, ada pengembangan untuk Astra Otoparts dan Astra Agro Lestari sebesar masing-masing Rp2 triliun sampai Rp3 triliun,” ujarnya. Adapun, alokasi capex untuk mengembangkan anak usaha lainnya yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR) mencapai Rp5 triliun.
Hingga akhir kuartal I/2015 alokasi belanja modal yang telah diserap perseroan secara konsolidasi baru mencapai 20%. ”Hingga kuartal I/2015 dana belanja modal baru terserap 20% secara konsolidasi. Sementara, dana untuk proyeksi akuisisi masih tergantung nanti,” kata Prijono. Selain pemberian dividen, agenda RUPST perseroan yaitu melakukan perubahan susunan kepengurusan baik itu posisi direksi maupun komisaris.
Pemegang saham yang hadir menyetujui untuk mengangkat dua mantan menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu Mari Elka Pangestu dan Muhamad Chatib Basri sebagai komisaris independen perseroan. ”Manajemen menyetujui pengunduran diri Erry Firmansyah, Soemadi DM Brotodiningrat, dan Hisayuki Inoue dari posisi komisaris independen perseroan. Dalam kesempatan yang sama manajemen juga telah mengangkat Mari Elka Pangestu, Muhamad Chatib Basri, dan Kyoichi Tanada sebagai komisaris independen perseroan yang baru,” paparnya.
Selain menunjuk komisaris independen yang baru, hasil RUPST Astra International menyetujui pengangkatan Gunawan Geniusahardja sebagai Direktur Independen ASII dan mengangkat Djony Bunarto Tjondro sebagai Direktur ASII. Managing Director Investa Saran Mandiri Kiswoyo Joe mengatakan, raksasa produsen automotif ini masih akan menghadapi tantangan besar. Pasalnya, sektor automotif sebagai lini bisnis utama ASII diprediksi masih belum bisa bangkit padahal sektor ini berkontribusi lebih dari 51% terhadap pendapatan perseroan.
”Dari sisi lain, ASII tidak bisa mengharapkan topangan dari lini lainnya mengingat kinerja anak usaha masih mengalami perlambatan,” kata Kiswoyo dalam risetnya.
Heru febrianto
(ars)