Monyet dan Angin
A
A
A
Alkisah, di sebuah hutan, tampak seekor monyet sedang bergelantungan atas pepohonan. Tak jauh dari sana, ada sekelompok angin yang bertiup.
Ada angin topan, ada angin ribut, serta ada angin badai. Tiga jenis angin itu sedang adu mulut tentang siapa yang paling hebat di antara ketiganya. Makin lama, perdebatan mereka makin seru. Maka, karena tak ada yang mengalah, mereka pun sepakat untuk saling adu kekuatan. Mereka lalu melihat sekelilingnya. Dan, tampaklah di dekat mereka monyet yang sedang asyik bergelantungan itu.
Tiga angin itu pun sepakat adu kuat dengan berusaha menjatuhkan monyet itu dari pohon. Pertama adalah giliran angin topan. Ia segera bertiup pada monyet itu. Monyet yang ditiup angin topan segera memeluk erat pohon yang digelayutinya. Makin kencang angin bertiup, makin kencang pula pegangan monyet pada pohon itu. Angin topan pun akhirnya menyerah, diiringi ejekan dua angin lainnya. Tiba giliran angin ribut.
Dengan ribut, ia segera meniup monyet itu, seolah tak ingin memberi kesempatan monyet yang tadinya sedikit melonggarkan pegangan setelah angin topan berhenti meniup. Tapi, keributan yang ditimbulkan angin ditanggapi monyet dengan cara yang sama. Makin kencang bertiup, makin kencang pula pegangan monyet pada pohon besar nan kokoh yang seolah jadi pelindungnya.
Angin ribut pun menyerah. Terakhir, angin badai segera memperlihatkan kekuatannya. Dengan badai yang dimilikinya, ia segera meniup sekencang kencangnya monyet itu. Tapi, lagi-lagi, sang monyet justru semakin kencang berpegangan pada pohon besar yang bergoyang- goyang akibat tiupan angin badai. Monyet pun tak berhasil dijatuhkan oleh angin badai.
Maka, angin badai pun akhirnya juga menyerah. Tiga angin itu ternyata tak cukup punya kekuatan yang bisa menjatuhkan monyet. Hingga, saat mereka membicarakan kehebatan monyet, datanglah angin sepoi. Angin kecil yang bertiup itu penasaran mengapa tiga angin besar itu membicarakan kehebatan monyet yang tak berhasil mereka jatuhkan.
Mendengar kehebatan monyet itu, angin sepoi pun ingin mencoba kekuatannya. Tentu saja, tiga angin besar itu menertawakannya. Sebab, angin yang sangat kencang saja tak berhasil menjatuhkan monyet, apalagi angin kecil sepertinya. Namun, angin sepoi tak memedulikan ejekan mereka. Ia segera menuju ke monyet dan meniupkan angin sejuknya.
Monyet yang mendapat tiupan angin sepoi rupanya merasa keenakan. Hawa sejuk yang bertiup membuatnya tertidur di salah satu dahan besar pohon. Tak lama, karena tertidur dengan posisi yang kurang pas, monyet langsung terjatuh.
Pegangan kuat monyet yang melonggar karena tertidur mendapat tiupan angin sepoisepoi menjadikan monyet kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Melihat itu, tiga angin besar yang sombong mengaku kalah. Angin sepoi yang kecil, tapi menyejukkan itu rupanya justru berhasil membuat monyet takluk dan terjatuh dari pohon besar yang melindunginya.
The Cup of Wisdom
Acapkali kita mendapat banyak ujian yang terasa sangat berat. Tapi, justru karena itu, kita malah jadi makin kuat. Cobaan yang kerap datang akan membuat kita makin teguh untuk terus maju dan berjuang. Kesulitan kerap justru jadi penguat yang menjadikan kita sebagai pribadi tangguh yang siap maju ke ”medan perang” kehidupan.
Layaknya kisah tadi. Makin kencang angin bertiup, justru semakin kuat monyet berusaha bertahan. Jika kita mampu melakukan hal tersebut, niscaya kita pun akan makin kuat dalam bertahan menghadapi cobaan. Namun, jika kita sudah berhasil melewati ujian dan meraih banyak kesuksesan, jangan sampai kita justru jatuh dan lengah oleh ujian bernama kesenangan.
Kerap angin sepoi berwujud pangkat, kedudukan, kekayaan justru malah membuat kita lupa. Akhirnya, seperti kisah monyet yang jatuh akibat tiupan angin sepoi, kita jadi pribadi yang lengah sombong, mabuk kekuasaan, atau terlena oleh berbagai penghargaan.
Karena itu, ada baiknya kita evaluasi diri. Jika saat berada di posisi bawah, bagaimana kita harus bersikap menghadapi ujian berat. Tapi, begitu sudah berada di atas, kita pun harus melihat ke dalam diri, jangan sampai kita terjebak dalam zona nyaman yang melenakan.
Mari, terus mawas diri dan hati-hati. Saat gagal, ingat bahwa ada sisi sukses yang siap menanti. Sebaliknya, saat sukses, ingat juga bahwa setiap saat gagal juga akan terus membayangi. Salam sukses, luar biasa!
Adrie Wongso
Ada angin topan, ada angin ribut, serta ada angin badai. Tiga jenis angin itu sedang adu mulut tentang siapa yang paling hebat di antara ketiganya. Makin lama, perdebatan mereka makin seru. Maka, karena tak ada yang mengalah, mereka pun sepakat untuk saling adu kekuatan. Mereka lalu melihat sekelilingnya. Dan, tampaklah di dekat mereka monyet yang sedang asyik bergelantungan itu.
Tiga angin itu pun sepakat adu kuat dengan berusaha menjatuhkan monyet itu dari pohon. Pertama adalah giliran angin topan. Ia segera bertiup pada monyet itu. Monyet yang ditiup angin topan segera memeluk erat pohon yang digelayutinya. Makin kencang angin bertiup, makin kencang pula pegangan monyet pada pohon itu. Angin topan pun akhirnya menyerah, diiringi ejekan dua angin lainnya. Tiba giliran angin ribut.
Dengan ribut, ia segera meniup monyet itu, seolah tak ingin memberi kesempatan monyet yang tadinya sedikit melonggarkan pegangan setelah angin topan berhenti meniup. Tapi, keributan yang ditimbulkan angin ditanggapi monyet dengan cara yang sama. Makin kencang bertiup, makin kencang pula pegangan monyet pada pohon besar nan kokoh yang seolah jadi pelindungnya.
Angin ribut pun menyerah. Terakhir, angin badai segera memperlihatkan kekuatannya. Dengan badai yang dimilikinya, ia segera meniup sekencang kencangnya monyet itu. Tapi, lagi-lagi, sang monyet justru semakin kencang berpegangan pada pohon besar yang bergoyang- goyang akibat tiupan angin badai. Monyet pun tak berhasil dijatuhkan oleh angin badai.
Maka, angin badai pun akhirnya juga menyerah. Tiga angin itu ternyata tak cukup punya kekuatan yang bisa menjatuhkan monyet. Hingga, saat mereka membicarakan kehebatan monyet, datanglah angin sepoi. Angin kecil yang bertiup itu penasaran mengapa tiga angin besar itu membicarakan kehebatan monyet yang tak berhasil mereka jatuhkan.
Mendengar kehebatan monyet itu, angin sepoi pun ingin mencoba kekuatannya. Tentu saja, tiga angin besar itu menertawakannya. Sebab, angin yang sangat kencang saja tak berhasil menjatuhkan monyet, apalagi angin kecil sepertinya. Namun, angin sepoi tak memedulikan ejekan mereka. Ia segera menuju ke monyet dan meniupkan angin sejuknya.
Monyet yang mendapat tiupan angin sepoi rupanya merasa keenakan. Hawa sejuk yang bertiup membuatnya tertidur di salah satu dahan besar pohon. Tak lama, karena tertidur dengan posisi yang kurang pas, monyet langsung terjatuh.
Pegangan kuat monyet yang melonggar karena tertidur mendapat tiupan angin sepoisepoi menjadikan monyet kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Melihat itu, tiga angin besar yang sombong mengaku kalah. Angin sepoi yang kecil, tapi menyejukkan itu rupanya justru berhasil membuat monyet takluk dan terjatuh dari pohon besar yang melindunginya.
The Cup of Wisdom
Acapkali kita mendapat banyak ujian yang terasa sangat berat. Tapi, justru karena itu, kita malah jadi makin kuat. Cobaan yang kerap datang akan membuat kita makin teguh untuk terus maju dan berjuang. Kesulitan kerap justru jadi penguat yang menjadikan kita sebagai pribadi tangguh yang siap maju ke ”medan perang” kehidupan.
Layaknya kisah tadi. Makin kencang angin bertiup, justru semakin kuat monyet berusaha bertahan. Jika kita mampu melakukan hal tersebut, niscaya kita pun akan makin kuat dalam bertahan menghadapi cobaan. Namun, jika kita sudah berhasil melewati ujian dan meraih banyak kesuksesan, jangan sampai kita justru jatuh dan lengah oleh ujian bernama kesenangan.
Kerap angin sepoi berwujud pangkat, kedudukan, kekayaan justru malah membuat kita lupa. Akhirnya, seperti kisah monyet yang jatuh akibat tiupan angin sepoi, kita jadi pribadi yang lengah sombong, mabuk kekuasaan, atau terlena oleh berbagai penghargaan.
Karena itu, ada baiknya kita evaluasi diri. Jika saat berada di posisi bawah, bagaimana kita harus bersikap menghadapi ujian berat. Tapi, begitu sudah berada di atas, kita pun harus melihat ke dalam diri, jangan sampai kita terjebak dalam zona nyaman yang melenakan.
Mari, terus mawas diri dan hati-hati. Saat gagal, ingat bahwa ada sisi sukses yang siap menanti. Sebaliknya, saat sukses, ingat juga bahwa setiap saat gagal juga akan terus membayangi. Salam sukses, luar biasa!
Adrie Wongso
(ftr)