Pertama di Indonesia! Pengelolaan Sampah Organik Menggunakan Lalat Hitam
Kamis, 02 Februari 2023 - 08:50 WIB
JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( PUPR ) mengapresiasi pengelolaan sampah organik biokonversi menggunakan lalat hitam yang pertama di tempat istirahat dan pelayanan (TIP) Tol Cibubur, yang terletak di Jalan Tol Jagorawi Km 10. Sistem pengelolaan sampah seperti ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah berharap bisa semakin banyak fasilitas serupa agar sampah organik bisa dikelola dengan ramah lingkungan. Jadi sampah organik tak harus selalu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
"Jangan lagi memindahkan masalah sampah organik ke TPA jika dapat diselesaikan di tempat masing-masing sumber sampah," ujar Zainal dalam pernyataan tertulisnya Kamis (2/2/2023).
Zainal Fatah mengungkapkan pihaknya sangat mendukung upaya-upaya pengembangan teknologi berkelanjutan seperti untuk pengelolaan sampah. Dukungan sejalan dengan upaya Indonesia melaksanakan komitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% hingga 41% pada 2030 sesuai dengan Perjanjian Paris 2016.
"Kementerian PUPR juga telah mengembangkan Teknologi Waste to Energy (WtoE), konversi sampah menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, contohnya di TPA Manggar, (Kaltim), TPA Suwung (Bali) dan TPA Banjarbakula (Kalsel). Selain itu juga dikembangkan Refuse-Derived Fuel (RDF), sebagai substitusi bahan bakar industri semen di TPA Desa Tritih Lor Cilacap (Jateng)," lanjut Zainal.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengatakan, metode biokonversi serupa juga telah diterapkan pada Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) yang dibangun Kementerian PUPR.
"Ada 12 tempat antaranya di Borobudur dan di Parung Bogor," sambungnya.
Metode Biokonversi dengan menggunakan lalat tentara hitam relatif aman bagi lingkungan. Pada metode ini, larva lalat akan mengurai sampah organik yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Setelah optimal mengurai sampah organik, larva-larva tersebut bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, seperti ayam atau ikan karena kaya akan asam amino dan protein.
Baca Juga
Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah berharap bisa semakin banyak fasilitas serupa agar sampah organik bisa dikelola dengan ramah lingkungan. Jadi sampah organik tak harus selalu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
"Jangan lagi memindahkan masalah sampah organik ke TPA jika dapat diselesaikan di tempat masing-masing sumber sampah," ujar Zainal dalam pernyataan tertulisnya Kamis (2/2/2023).
Zainal Fatah mengungkapkan pihaknya sangat mendukung upaya-upaya pengembangan teknologi berkelanjutan seperti untuk pengelolaan sampah. Dukungan sejalan dengan upaya Indonesia melaksanakan komitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% hingga 41% pada 2030 sesuai dengan Perjanjian Paris 2016.
"Kementerian PUPR juga telah mengembangkan Teknologi Waste to Energy (WtoE), konversi sampah menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, contohnya di TPA Manggar, (Kaltim), TPA Suwung (Bali) dan TPA Banjarbakula (Kalsel). Selain itu juga dikembangkan Refuse-Derived Fuel (RDF), sebagai substitusi bahan bakar industri semen di TPA Desa Tritih Lor Cilacap (Jateng)," lanjut Zainal.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengatakan, metode biokonversi serupa juga telah diterapkan pada Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) yang dibangun Kementerian PUPR.
"Ada 12 tempat antaranya di Borobudur dan di Parung Bogor," sambungnya.
Metode Biokonversi dengan menggunakan lalat tentara hitam relatif aman bagi lingkungan. Pada metode ini, larva lalat akan mengurai sampah organik yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.
Setelah optimal mengurai sampah organik, larva-larva tersebut bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, seperti ayam atau ikan karena kaya akan asam amino dan protein.
(uka)
tulis komentar anda