Hati-hati! Terus Bertambahnya Kasus Corona Bikin Ekonomi Lumpuh
Selasa, 21 Juli 2020 - 11:05 WIB
JAKARTA - Penambahan kasus positif Covid-19 yang terus merebak hingga pertengahan Juli 2020 dapat memberikan efek domino pada tiga aspek yakni aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan. Pada aspek ekonomi, konsumsi rumah tangga akan semakin terganggu, investasi terhambat, ekspor impor juga mengalami kontraksi.
"Sedangkan pada aspek sosial, berhentinya aktivitas ekonomi berkonsekuensi pada penyerapan tenaga kerja. Adapun pada aspek kesehatan, penyebaran covid yang sangat mudah dan begitu cepat," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Wihana Kirana Jaya, di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Wihana mengatakan, jika covid-19 tidak dapat diprediksi kapan berakhir maka kemungkinan akan menambah ketidakpastian dipasar keuangan. Dengan begitu, tingkat risiko semakin tinggi, ekonomi Indonesia semakin tertekan bahkan bisa mengalami resesi cukup dalam. Maka dari itu diperlukan strategi kebijakan moneter dan perbankan untuk menghindari resesi.
''Bagaimana strateginya? Apa terapinya? Contohnya bagaimana kita keluarkan insentif agar pertumbuhan ekonomi bisa reborn seperti melakukan subsidi mdlalui udara (perjalanan menggunakan pesawat) atau sektor riil dengan menurunkan suku bunga," katanya.
Baca Juga: Kepala Daerah Harus Tangani Corona Agar Ekonomi Daerah Tidak Lumpuh
Menurut dia, apabila pertumbuhan ekonomi terus mengalami penurunan maka pemutusan hubungan kerja dan pengangguran akan bertambah naik dan masyarakat tambah miskin. Maka dari itu, situasi new normal saat ini menjadi penting. "Dengan berbagai langkah extraordinary, new normal sebagai upaya pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan," ungkap Wihana.
Saat ini, paradigma kebijakan ekonomi harus berubah dan bergerak menjadi lebih inkusif, lebih suistainable, serta resilient dalam menghadapi berbagai gejolak yang semakin sulit diprediksi baik itu bersunber dari krisis keuangan, cyberattack, pandemic ataupun perubahan iklim.
Selain itu, aturan main yang jelas, pemberian punishment dan reward juga dibutuhkan dalam pelaksanaan new normal. Modal sosial, kesadaran masyarakat dan kepercayaan pada pemerintah juga menjadi penentu keberhasilan new normal.
"Pendekatan kelembagaan di level makro, mikro, dan miso bisa menjadi penentu keberhasilan kebijakan," tandasnya.
"Sedangkan pada aspek sosial, berhentinya aktivitas ekonomi berkonsekuensi pada penyerapan tenaga kerja. Adapun pada aspek kesehatan, penyebaran covid yang sangat mudah dan begitu cepat," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Wihana Kirana Jaya, di Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Wihana mengatakan, jika covid-19 tidak dapat diprediksi kapan berakhir maka kemungkinan akan menambah ketidakpastian dipasar keuangan. Dengan begitu, tingkat risiko semakin tinggi, ekonomi Indonesia semakin tertekan bahkan bisa mengalami resesi cukup dalam. Maka dari itu diperlukan strategi kebijakan moneter dan perbankan untuk menghindari resesi.
''Bagaimana strateginya? Apa terapinya? Contohnya bagaimana kita keluarkan insentif agar pertumbuhan ekonomi bisa reborn seperti melakukan subsidi mdlalui udara (perjalanan menggunakan pesawat) atau sektor riil dengan menurunkan suku bunga," katanya.
Baca Juga: Kepala Daerah Harus Tangani Corona Agar Ekonomi Daerah Tidak Lumpuh
Menurut dia, apabila pertumbuhan ekonomi terus mengalami penurunan maka pemutusan hubungan kerja dan pengangguran akan bertambah naik dan masyarakat tambah miskin. Maka dari itu, situasi new normal saat ini menjadi penting. "Dengan berbagai langkah extraordinary, new normal sebagai upaya pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan," ungkap Wihana.
Saat ini, paradigma kebijakan ekonomi harus berubah dan bergerak menjadi lebih inkusif, lebih suistainable, serta resilient dalam menghadapi berbagai gejolak yang semakin sulit diprediksi baik itu bersunber dari krisis keuangan, cyberattack, pandemic ataupun perubahan iklim.
Selain itu, aturan main yang jelas, pemberian punishment dan reward juga dibutuhkan dalam pelaksanaan new normal. Modal sosial, kesadaran masyarakat dan kepercayaan pada pemerintah juga menjadi penentu keberhasilan new normal.
"Pendekatan kelembagaan di level makro, mikro, dan miso bisa menjadi penentu keberhasilan kebijakan," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda