Fakta-fakta Dedolarisasi yang Digaungkan BRICS: Ekonomi Amerika Bisa Klenger
Sabtu, 16 September 2023 - 17:15 WIB
Di tengah keraguan mengenai kelayakan renminbi sebagai mata uang cadangan, banyak negara telah mengalokasikan cadangan ke mata uang negara-negara dengan ekonomi lebih kecil. Sekitar tiga perempat dari peralihan cadangan devisa dari dolar AS dialihkan ke mata dolar Australia, dolar Kanada, krona Swedia, dan won Korea Selatan.
Alternatif lainnya adalah bank sentral menyimpan cadangan emas mereka, dan negara-negara di seluruh dunia telah melakukan itu. Menurut Dewan Emas Dunia, permintaan emas oleh bank sentral pada tahun 2022 melonjak menjadi 1.136 metrik ton, naik 152% dari tahun ke tahun dan mencapai level tertinggi sejak tahun 1950.
Dampak De-Dolarisasi
Jika dolar kehilangan statusnya di puncak peringkat mata uang, dampaknya terhadap perekonomian AS kemungkinan besar akan sangat besar. Biaya pinjaman di AS mungkin akan meningkat, sehingga lebih sulit untuk mendapatkan akses terhadap modal dan lebih mahal untuk melakukan bisnis di negara tersebut. Pasar saham AS mungkin juga mengalami penurunan nilai.
Jika bank sentral di seluruh dunia tidak lagi merasa perlu memenuhi kas mereka dengan dolar, maka AS kemungkinan besar akan kehilangan fleksibilitas untuk mendukung defisit pada belanja pemerintah dan perdagangan internasional.
Apakah De-Dolarisasi Sedang Terjadi Saat Ini?
Setidaknya untuk saat ini, dolar AS masih mempertahankan peran sentralnya dalam sistem keuangan global, namun tren de-dolarisasi tampaknya semakin meningkat. Diskusi mengenai de-dolarisasi semakin intensif karena perang di Ukraina. Ketika Amerika memberikan sanksi ke Rusia dengan tujuan untuk memberikan kerugian finansial lewat pembekuan cadangan mata uang Rusia, kekuatan hukuman dolar mulai terlihat. Kondisi ini mungkin memotivasi negara-negara lain untuk mencari cara untuk menyiasati mata uang AS.
Selain mengalihkan cadangan devisa mereka ke emas atau mata uang lainnya, banyak negara juga mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dengan menghindari mata uang AS dalam transaksi internasional. Misalnya, China membayar pembelian komoditas dalam jumlah besar dari Rusia dengan menggunakan renminbi, bukan dolar. China juga telah menandatangani kesepakatan untuk menggunakan mata uangnya sendiri dalam perdagangan dengan Arab Saudi dan Brasil.
Negara-negara BRICS bahkan mungkin akan menciptakan mata uang yang dapat menyaingi dolar, meskipun tampaknya kelompok tersebut tidak memiliki rencana segera untuk menciptakannya. Meski begitu, momok de-dolarisasi bisa semakin besar karena semakin banyak negara yang mempertanyakan ketergantungan mereka pada mata uang AS.
Apa Contoh De-Dolarisasi?
Alternatif lainnya adalah bank sentral menyimpan cadangan emas mereka, dan negara-negara di seluruh dunia telah melakukan itu. Menurut Dewan Emas Dunia, permintaan emas oleh bank sentral pada tahun 2022 melonjak menjadi 1.136 metrik ton, naik 152% dari tahun ke tahun dan mencapai level tertinggi sejak tahun 1950.
Dampak De-Dolarisasi
Jika dolar kehilangan statusnya di puncak peringkat mata uang, dampaknya terhadap perekonomian AS kemungkinan besar akan sangat besar. Biaya pinjaman di AS mungkin akan meningkat, sehingga lebih sulit untuk mendapatkan akses terhadap modal dan lebih mahal untuk melakukan bisnis di negara tersebut. Pasar saham AS mungkin juga mengalami penurunan nilai.
Jika bank sentral di seluruh dunia tidak lagi merasa perlu memenuhi kas mereka dengan dolar, maka AS kemungkinan besar akan kehilangan fleksibilitas untuk mendukung defisit pada belanja pemerintah dan perdagangan internasional.
Apakah De-Dolarisasi Sedang Terjadi Saat Ini?
Setidaknya untuk saat ini, dolar AS masih mempertahankan peran sentralnya dalam sistem keuangan global, namun tren de-dolarisasi tampaknya semakin meningkat. Diskusi mengenai de-dolarisasi semakin intensif karena perang di Ukraina. Ketika Amerika memberikan sanksi ke Rusia dengan tujuan untuk memberikan kerugian finansial lewat pembekuan cadangan mata uang Rusia, kekuatan hukuman dolar mulai terlihat. Kondisi ini mungkin memotivasi negara-negara lain untuk mencari cara untuk menyiasati mata uang AS.
Selain mengalihkan cadangan devisa mereka ke emas atau mata uang lainnya, banyak negara juga mengurangi ketergantungan mereka pada dolar dengan menghindari mata uang AS dalam transaksi internasional. Misalnya, China membayar pembelian komoditas dalam jumlah besar dari Rusia dengan menggunakan renminbi, bukan dolar. China juga telah menandatangani kesepakatan untuk menggunakan mata uangnya sendiri dalam perdagangan dengan Arab Saudi dan Brasil.
Negara-negara BRICS bahkan mungkin akan menciptakan mata uang yang dapat menyaingi dolar, meskipun tampaknya kelompok tersebut tidak memiliki rencana segera untuk menciptakannya. Meski begitu, momok de-dolarisasi bisa semakin besar karena semakin banyak negara yang mempertanyakan ketergantungan mereka pada mata uang AS.
Apa Contoh De-Dolarisasi?
tulis komentar anda