Konflik Iran-Israel Bisa Bikin Krisis 1998 Terulang, Ini Pemicunya

Senin, 22 April 2024 - 15:12 WIB
“Di Asian sendiri kan tidak terganggu, mitra kita Jepang Itu importir yang sangat besar, mitra kita China itu besar juga tidak akan terganggu. Kemudian India dan lain-lain, kutub-kutub ekonomi itu selain Eropa dan AS, harus tetap dijaga sebagai bagian dari yang harus kita jalankan dalam perdagangan luar negeri,” lanjut dia.

Baca Juga: Bukti Nyata, Ekonomi Rusia Tetap Tangguh Meski Dihujani Sanksi Barat

Di sisi moneter, efek perang Iran-Israel menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi sehingga tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar. Rantai pasok global yang terganggu membuat produsen harus mencari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen.

Selain itu, kebijakan suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama atau lebih tinggi lebih lama, bahkan ada risiko suku bunga semakin menguat.

“Kebijakan Bank Indonesia, tekanan terhadap inflasi ini besar. Dan apabila ada masalah pada moneter dan BI jebol itu 1997 lagi ya (mengulang krisis). Kalau ini Rp 18.000- Rp19.000 (penguatan USD terhadap Rupiah) itu Jokowi bisa jatuh ya, jangan main-main walaupun tinggal beberapa bulan,” tuturnya.

Karena itu BI ini harus menjaga betul-betul inflasi ini. Kebijakan yang ketiga dan penting adalah fiskal, fiskal ini adalah instrumen yang langsung bisa dipakai. Dari ribuan triliun ini bisa dipakai, gak bokeh jor-joran seperti yang sekarang dilakukan,” jelas Didik.
(nng)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More