Ekspor Terus Turun, Ekonom Khawatir Akan Ada PHK Massal

Selasa, 15 September 2020 - 14:00 WIB
Tren penurunan ekspor dikhawatirkan berlanjut dengan PHK massal di sektor-sektor penyumbang ekspor Tanah Air. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Agustus 2020 mengalami surplus USD2,33 miliar. Capaian itu lebih rendah surplus pada Juli 2020 yang sebesar USD3,26 miliar seiring menurunnya ekspor .

BPS melaporkan ekspor Agustus 2020 mencapai USD13,07 miliar, turun 4,62% dibandingkan Juli 2020. BPS juga mencatat, kinerja ekspor pada Agustus 2020 hampir seluruhnya mengalami penurunan baik migas dan nonmigas yang masing-masing 27,23% dan 7,16% secara tahunan.

(Baca Juga: BPS: Agustus, Kinerja Ekspor Rontok Hanya USD13,07 Miliar)

Ekonom Indef Bhima Yudistira mengaku khawatir dengan penurunan ekspor tersebut. Menurutnya, penurunan ekspor akan berefek pada sektor seperti batu bara, migas, dan minyak sawit (CPO). Sektor-sektor itu dikhawatirkan akan melakukan efisiensi lebih dalam di kuartal ke III akibat penurunan ekspor.



"Kita akan menghadapi gelombang PHK massal di sektor berbasis komoditas sampai waktu yang belum bisa dipastikan. Otomatis kuartal ke III makin menguatkan Indonesia masuk pada resesi ekonomi," kata Bhima di Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Dia melanjutkan, penurunan surplus perdagangan ini menurutnya juga akan membuat investor asing menunda investasinya. "Dampak dari penurunan surplus diperkirakan membuat investor akan menunda untuk masuk ke sektor perkebunan dan industri manufaktur sampai situasi demand global membaik," imbuhnya.

Bhima menegaskan, turunnya surplus disebabkan oleh rendahnya harga komoditas unggulan ekspor. Harga minyak dunia misalnya, rata-rata alami penurunan 29,5% sejak awal tahun 2020 akibat kontraksi pada permintaan global di saat pandemi.

"Sementara harga batubara acuan Australia mengalami penurunan 27,7% sejak awal tahun (year-to-date). Harga kelapa sawit anjlok 6,1% dalam rentang waktu yang sama," paparnya.

(Baca Juga: Mantap! Neraca Dagang Agustus 2020 Surplus USD2,33 Miliar) Dia pun menambahkan beberapa negara yang mengalami lonjakan kasus mulai melakukan lockdown atau pengetatan mobilitas penduduk. Ini mempengaruhi ekspor non-migas seperti alas kaki yang turun 17% dibanding Juli dan logam mulia dan perhiasan yang anjlok 16,6%.

"Terganggunya rantai pasok selama masa pandemi masih berdampak luas terhadap aktivitas perdagangan. Delay atau pengiriman barang yang terlambat akhirnya membuat pelaku usaha domestik menurunkan kapasitas produksinya," imbuhnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More