Pertamina NRE Catat Laba Bersih Rp821 Miliar di Semester I 2021
Rabu, 04 Agustus 2021 - 19:46 WIB
JAKARTA - Pertamina NRE (PNRE) atau PT Pertamina Power Indonesia, Subholding Power and New Renewable Energy Pertamina mencatatkan l aba bersih sebesar USD57 juta atau sekitar Rp821 miliar (asumsi kurs Rp 14.400 per dolar AS) pada semester I 2021.
Direktur Utama PNRE Dannif Danusaputro mengatakan capaian laba bersih mencapai sebesar 152% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) semester I/2021 di dorong operasional usaha yang baik.
"Kami selalu berupaya mengedepankan operational excellence untuk mencapai target yang ditentukan. Kami juga bercita-cita untuk mendukung pemerintah mewujudkan transisi energi di Indonesia," ujar dalam keterangan tertulis, Rabu (4/8/2021).
Di sisi lain, produksi listrik mencapai 2.273 GWh. Transisi energi pada tahun 2026 menargetkan kapasitas terpasang mencapai 10 GW, yang terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan, dan 1 GW energi baru. Untuk energi panas bumi sendiri saat ini kapasitas terpasang mencapai 672 MW dan ditargetkan pada tahun 2026 mencapai 1,1 GW. Sedangkan yang termasuk di dalam pengembangan energi baru antara lain hidrogen, EV battery, dan carbon capture utilization and storage (CCUS).
"Untuk mencapai target tersebut, PNRE akan melakukan kolaborasi dengan mitra-mitra strategis, khususnya pengembangan energi baru seperti hidrogen dan CCUS yang teknologinya juga relatif masih baru. Saat ini kami tengah mengembangkan blue hydrogen dan green hydrogen. Kami yakin hydrogen adalah energi masa depan dan kami berharap akan mencapai harga yang kompetitif seiring dengan berkembangnya teknologi," jelas Dannif.
Dannif menambahkan, transisi energi yang dilakukan secara agresif oleh Pertamina ditargetkan untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Pertamina sebesar 30% dan mendukung emisi GRK nasional sebesar 29%pada tahun 2030. Pertamina menunjukkan komitmen kuat menjalankan bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) dengan mengintegrasikan aspek ESG (environment, social, and governance) ke dalam bisnisnya.
Baca Juga: Harapan Ahok ke Pertamina: Iya Harus Bisa Bring Dollar Home
Bergulirnya restrukturisasi di tubuh Pertamina mengantarkan PNRE sebagai sub-holding yang memegang amanah untuk mengawal transisi energi, di mana di bawahnya termasuk Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Jawa Satu Power (JSP) serta Jawa Satu Regas (JSR). Dengan restrukturisasi, Pertamina semakin menggenjot laju transisi energi. Pada tahun 2030 Pertamina menargetkan energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 17% dalam portofolio bisnisnya.
Direktur Utama PNRE Dannif Danusaputro mengatakan capaian laba bersih mencapai sebesar 152% dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) semester I/2021 di dorong operasional usaha yang baik.
"Kami selalu berupaya mengedepankan operational excellence untuk mencapai target yang ditentukan. Kami juga bercita-cita untuk mendukung pemerintah mewujudkan transisi energi di Indonesia," ujar dalam keterangan tertulis, Rabu (4/8/2021).
Di sisi lain, produksi listrik mencapai 2.273 GWh. Transisi energi pada tahun 2026 menargetkan kapasitas terpasang mencapai 10 GW, yang terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan, dan 1 GW energi baru. Untuk energi panas bumi sendiri saat ini kapasitas terpasang mencapai 672 MW dan ditargetkan pada tahun 2026 mencapai 1,1 GW. Sedangkan yang termasuk di dalam pengembangan energi baru antara lain hidrogen, EV battery, dan carbon capture utilization and storage (CCUS).
"Untuk mencapai target tersebut, PNRE akan melakukan kolaborasi dengan mitra-mitra strategis, khususnya pengembangan energi baru seperti hidrogen dan CCUS yang teknologinya juga relatif masih baru. Saat ini kami tengah mengembangkan blue hydrogen dan green hydrogen. Kami yakin hydrogen adalah energi masa depan dan kami berharap akan mencapai harga yang kompetitif seiring dengan berkembangnya teknologi," jelas Dannif.
Dannif menambahkan, transisi energi yang dilakukan secara agresif oleh Pertamina ditargetkan untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Pertamina sebesar 30% dan mendukung emisi GRK nasional sebesar 29%pada tahun 2030. Pertamina menunjukkan komitmen kuat menjalankan bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) dengan mengintegrasikan aspek ESG (environment, social, and governance) ke dalam bisnisnya.
Baca Juga: Harapan Ahok ke Pertamina: Iya Harus Bisa Bring Dollar Home
Bergulirnya restrukturisasi di tubuh Pertamina mengantarkan PNRE sebagai sub-holding yang memegang amanah untuk mengawal transisi energi, di mana di bawahnya termasuk Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan Jawa Satu Power (JSP) serta Jawa Satu Regas (JSR). Dengan restrukturisasi, Pertamina semakin menggenjot laju transisi energi. Pada tahun 2030 Pertamina menargetkan energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 17% dalam portofolio bisnisnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda