Harga Minyak Anjlok, Pertamina Pangkas Produksi Migas
Selasa, 21 April 2020 - 13:22 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengurangi produksi minyak dan gas bumi (migas) dari 923.000 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) menjadi 894.000 boepd. Hal ini dilakukan BUMN energi tersebut menyikapi anjloknya harga minyak dunia.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penyesuaian dilakukan karena bisnis Pertamina terintegrasi dari hulu ke hilir terdampak. "Kita telah menerapkan skala prioritas, dari sisi mana saja pengeluaran dapat dipangkas dari sisi produksi migas," ujar Nicke di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Pertamina juga menerapkan skala prioritas, dari sisi mana saja pengeluaran dapat dipangkas dari sisi produksi migas. Hal ini dinilai perlu agar tidak membebani keuangan perseoran.
"Kalau dilihat Pertamina sendiri produksi ini yang paling dominan hampir 90% dari existing well, 10% dari new drilling. Oleh karena itu, kami tidak bisa menyetop produksi sumur yang sudah di eksplorasi karena menutup sumur ada biayanya nanti reaktiviasi ada biaya," bebernya.
Sebagai dampak penyesuaian bisnis hulu, Pertamina juga memangkas biaya eksplorasi yang sedang berjalan maupun yang baru dimulai. Rinciannya, Pertamina memangkas produksi minyak sebesar 2% dan produksi gas turun 4%.
Sedangkan untuk produksi panas bumi, Pertamina juga melakukan penyesuaian seiring dengan efisiensi yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam rencana kerja 2020, ditetapkan target produksi sebesar 4.635 gigawatt per hour (Gwh), menjadi 4.045 Gwh.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penyesuaian dilakukan karena bisnis Pertamina terintegrasi dari hulu ke hilir terdampak. "Kita telah menerapkan skala prioritas, dari sisi mana saja pengeluaran dapat dipangkas dari sisi produksi migas," ujar Nicke di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Pertamina juga menerapkan skala prioritas, dari sisi mana saja pengeluaran dapat dipangkas dari sisi produksi migas. Hal ini dinilai perlu agar tidak membebani keuangan perseoran.
"Kalau dilihat Pertamina sendiri produksi ini yang paling dominan hampir 90% dari existing well, 10% dari new drilling. Oleh karena itu, kami tidak bisa menyetop produksi sumur yang sudah di eksplorasi karena menutup sumur ada biayanya nanti reaktiviasi ada biaya," bebernya.
Sebagai dampak penyesuaian bisnis hulu, Pertamina juga memangkas biaya eksplorasi yang sedang berjalan maupun yang baru dimulai. Rinciannya, Pertamina memangkas produksi minyak sebesar 2% dan produksi gas turun 4%.
Sedangkan untuk produksi panas bumi, Pertamina juga melakukan penyesuaian seiring dengan efisiensi yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam rencana kerja 2020, ditetapkan target produksi sebesar 4.635 gigawatt per hour (Gwh), menjadi 4.045 Gwh.
(fai)
tulis komentar anda