Simpanan di Bank Tinggi, Potensial Buat Pasar Obligasi Nasional
Jum'at, 12 November 2021 - 14:09 WIB
Berbeda dari Amerika Serikat (AS), tekanan inflasi di Asia saat ini relatif lebih terjaga. Karena dipengaruhi oleh pembatasan aktivitas ekonomi, intervensi pemerintah atas harga energi, dan juga pangan yang berkontribusi besar dalam keranjang inflasi.
"Di tengah kebijakan fiskal yang lebih ketat, outlook kebijakan moneter Asia diperkirakan tetap akomodatif dan menjadi salah satu faktor pendorong utama pemulihan ekonomi," katanya.
Di kawasan Asia Tenggara, ASEAN termasuk Indonesia, yang sempat mengalami mismanagement penanganan pandemi, dukungan stimulus yang tidak terlalu agresif, dan pembukaan aktivitas ekonomi yang kurang merata, justru memiliki ruang ekspansi ekonomi yang lebih tinggi di 2022.
"Kondisi ini diharapkan memberikan sentimen yang positif terhadap perekonomian dan pasar finansial Indonesia," tambahnya.
Pasar obligasi kini lebih siap dalam menghadapi tren perubahan sentimen global ini. Faktor kepemilikan asing yang jauh lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya, dinamika pasokan obligasi yang lebih baik dan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia yang menarik diharapkan dapat meredam dampak kebijakan moneter The Fed yang lebih ketat di 2022.
"Fundamental makro yang lebih baik dan stabilitas eksternal yang terus diperkuat diharapkan dapat menjaga volatilitas pasar obligasi Indonesia," lanjutnya.
"Di tengah kebijakan fiskal yang lebih ketat, outlook kebijakan moneter Asia diperkirakan tetap akomodatif dan menjadi salah satu faktor pendorong utama pemulihan ekonomi," katanya.
Di kawasan Asia Tenggara, ASEAN termasuk Indonesia, yang sempat mengalami mismanagement penanganan pandemi, dukungan stimulus yang tidak terlalu agresif, dan pembukaan aktivitas ekonomi yang kurang merata, justru memiliki ruang ekspansi ekonomi yang lebih tinggi di 2022.
"Kondisi ini diharapkan memberikan sentimen yang positif terhadap perekonomian dan pasar finansial Indonesia," tambahnya.
Pasar obligasi kini lebih siap dalam menghadapi tren perubahan sentimen global ini. Faktor kepemilikan asing yang jauh lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya, dinamika pasokan obligasi yang lebih baik dan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia yang menarik diharapkan dapat meredam dampak kebijakan moneter The Fed yang lebih ketat di 2022.
"Fundamental makro yang lebih baik dan stabilitas eksternal yang terus diperkuat diharapkan dapat menjaga volatilitas pasar obligasi Indonesia," lanjutnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda