Situasi di Turki hingga Rusia Bikin Sri Mulyani Dag Dig Dug
Rabu, 16 Februari 2022 - 20:51 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini lonjakan Inflasi dunia seperti yang terjadi pada negara maju masih menjadi ancaman terhadap proses pemulihan ekonomi di Indonesia.
Misalnya lonjakan inflasi di Amerika Serikat pada bulan Februari masih berada angka 7,5%. Situasi itu menurut Sri Mulyani akan mendorong kenaikan suku bunga serta pengetatan likuiditas.
"Tentu ini akan memberikan dampak spillover atau rambatan yang harus diwaspadai," ujar Sri Mulyani pada konferensi persnya, Rabu (16/2/2022).
Sri Mulyani menjelaskan kebijakan Amerika Serikat yang kemungkinan akan menaikkan suku bunga juga akan berpengaruh terhadap capital flow yang akan mengalami pengaruh negatif.
"Juga dari sisi yield atau imbal hasil dari surat berharga, yang tentu akan mendorong dalam hal ini biaya untuk surat utang negara," sambung Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan saat ini negara-negara emerging juga mengalami peningkatan inflasi. Argentina inflasinya sudah mencapai 50%, Turki mencapai 48%, Brazil 10,4%, Rusia 8,7%, dan Mexico 7,1%.
Menurutnya kenaikan tersebut akan mengancam proses pemulihan ekonomi di Indonesia sebab akan berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat.
"Kenaikan inflasi yang tinggi tentu akan bisa mengancam proses pemulihan ekonomi karena daya beli masyarakat tentu akan tergerus, ini yang harus diwaspadai," jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan untuk tahun 2023 postur APBN akan kembali mengikuti sebelum terjadinya pandemi covid 19. "Untuk 2023 postur APBN akan kembali mengikuti seperti sebelum terjadinya pandemi, yaitu kembali pada postur defisit di bawah 3%," pungkas Sri Mulyani.
Misalnya lonjakan inflasi di Amerika Serikat pada bulan Februari masih berada angka 7,5%. Situasi itu menurut Sri Mulyani akan mendorong kenaikan suku bunga serta pengetatan likuiditas.
"Tentu ini akan memberikan dampak spillover atau rambatan yang harus diwaspadai," ujar Sri Mulyani pada konferensi persnya, Rabu (16/2/2022).
Sri Mulyani menjelaskan kebijakan Amerika Serikat yang kemungkinan akan menaikkan suku bunga juga akan berpengaruh terhadap capital flow yang akan mengalami pengaruh negatif.
"Juga dari sisi yield atau imbal hasil dari surat berharga, yang tentu akan mendorong dalam hal ini biaya untuk surat utang negara," sambung Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan saat ini negara-negara emerging juga mengalami peningkatan inflasi. Argentina inflasinya sudah mencapai 50%, Turki mencapai 48%, Brazil 10,4%, Rusia 8,7%, dan Mexico 7,1%.
Menurutnya kenaikan tersebut akan mengancam proses pemulihan ekonomi di Indonesia sebab akan berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat.
"Kenaikan inflasi yang tinggi tentu akan bisa mengancam proses pemulihan ekonomi karena daya beli masyarakat tentu akan tergerus, ini yang harus diwaspadai," jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan untuk tahun 2023 postur APBN akan kembali mengikuti sebelum terjadinya pandemi covid 19. "Untuk 2023 postur APBN akan kembali mengikuti seperti sebelum terjadinya pandemi, yaitu kembali pada postur defisit di bawah 3%," pungkas Sri Mulyani.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda