Kondisi Ekspor-Impor Anjlok, Pertumbuhan Industri Perlu Diwaspadai

Selasa, 16 Juni 2020 - 08:32 WIB
Dia mengatakan, turunya impor disumbang oleh penurunan impor migas yang mencapai USD660 juta. Serta impor nonmigas sebesar USD7,78 miliar, yang turun 37,34% (yoy). (Baca juga: Tipis, Kenaikan upah Buruh Tani Pada Mei 2020)

"Impor migas capai USD660 juta yang mana turun 69,87% (yoy). Sementara impor nonmigas sebesar USD 7,78 miliar, turun 37,34% (yoy)," kata Suhariyanto.

Dia melanjutkan berdasarkan penggunaan barangnya, seluruh impor mengalami penurunan secara tahunan maupun bulanan. Secara rinci, impor konsumsi mencapai USD930 juta, turun 39,83% (yoy). Secara kumulatif sejak Januari-Mei 2020, impor nonmigas mencapai USD53,29 miliar, turun 14,10% (yoy).

"Impor bahan baku penolong mencapai USD6,11 miliar, turun 43,03% (yoy), dan impor barang modal turun 40,0% (yoy) menjadi USD 1,39 miliar," tukasnya.

Ekonom Indef Bhima Yudistira memprediksi penurunan ekspor masih akan terus berlanjut. "Penurunan ekspor akan berlanjut seiring data ekonomi secara global yang belum menunjukan adanya pemulihan permintaan. Kasus Covid-19 di AS yang terus meningkat membuat permintaan ekspor asal Indonesia tidak berjalan optimal," kata Bhima.

Dia melanjutkan, penurunan ekspor terlihat dari kinerja ekspor karet yang turun 29,6% dibanding April. Kondisi yang sama juga alami ekspor alas kaki yang turun 23,5% dan CPO turun sebesar 13%.

Pemberlakukan New Normal memang bisa buat neraca dagang surplus, tapi belum menjadi indikator yang baik. Pasalnya, dari sisi impor barang konsumsi yang turun cukup tajam, menunjukkan minat belanja yang masih rendah di dalam negeri. (Lihat videonya: Pemudadi Jombang Membuat Miniatur Sepeda dari Sampah)

"Impor bahan baku dan barang modal diperkirakan masih akan mengalami penurunan seiring kapasitas produksi manufaktur yang rendah," jelasnya.

Ekonom Core, Piter Abdullah menilai perlambatan ekonomi global dan juga domestik akan mengakibatkan perlambatan ekspor. Surplus yang terjadi karena perlambatan impor yang lebih besar, bukan kondisi yang diharapkan. "Tentu saja kondisi ini tidak ideal. Kita menginginkan surplus yang didorong oleh meningkatnya ekspor," pungkasnya. (Rina Anggraeni)
(ysw)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More