Konflik China-India Makin Panas, Bagaimana Nasib Indonesia?
Rabu, 08 Juli 2020 - 09:05 WIB
JAKARTA - Konflik China-India tak lagi hanya berlangsung di perbatasan. Sengketa dua negara berpenduduk terbesar di dunia itu kini sudah merambah sektor perekonomian. Ini tentu bisa berdampak sangat serius bagi kedua negara. Perekonomian adalah jantung bagi kehidupan sebuah negara.
Tekanan ekonomi ini diawali oleh India yang menahan pengiriman barang asal Tiongkok di pos-pos pemeriksaan. Langkah itu lantas diikuti dengan melarang 59 aplikasi seluler termasuk yang terkenal di Tiongkok seperti ByteDance’s TikTok, Tencent WeChat, dan jaringan media sosial Weibo. New Delhi bahkan telah meminta Weibo menghapus akun Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Sekadar informasi,Tik Tok, aplikasi video pendek yang populer tersebut berada di peringkat lima dalam 10 aplikasi gratis teratas pada platform Apple di India sebelum perselisihan antara pasukan India dan China meruyak awal Mei. Sebulan kemudian, TikTok turun ke nomor 10 di App Store.
India bukan satu-satunya negara yang menentang aplikasi China dengan alasan masalah privasi dan keamanan siber. Taiwan, juga Jerman, telah melarang beberapa aplikasi China. Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat Robert O'Brian mengatakan semua aplikasi China berfungsi sebagai senjata Partai Komunis China (CPC) untuk memajukan agenda ideologis dan geopolitiknya.
TikTok yang popular di kalangan anak muda, memiliki jumlah pengguna sebanyak 611 juta. India tercatat sebagai pengunduh terbesar, diikuti oleh China dan AS. Pengguna TikTok melampaui angka 2 miliar pada kuartal pertama 2020.
Beijing sendiri bersikap hati-hati dalam menanggapi sikap India memboikot produk-produknya. “Sampai sekarang, Tiongkok hanya memantau situasi,” kata seorang profesor ekonomi di Institut Administrasi Publik India (IIPA) Geethanjali Nataraj. “Perang dagang tidak akan menguntungkan kedua negara,” ujarnya seperti dikutip CNN.
Namun jika perang dagang berlanjut, sesungguhnya yang bakal merugi adalah India. Banyak industri di Negeri Hindustan, termasuk elektronik, farmasi dan perangkat keras TI -sangat bergantung pada impor, terutama dari Tiongkok. Dari April 2019 hingga Maret 2020, India membeli barang senilai USD 65 miliar dari Tiongkok, terhitung hampir 14 persen dari total impornya. Sedangkan Tiongkok membeli barang senilai USD 16,6 miliar dari India. Tiongkok adalah mitra dagang terbesar kedua India untuk periode tersebut di belakang Amerika Serikat.
Bagi China, perdagangan dengan India hanya menyumbang 2,1 persen, sehingga tak terlalu siginifikan pengaruhnya. Komoditas impor dari India masih bisa digantikan negara lain.
India selama ini dikenal sebagai salah satu produsen farmasi terbesar dunia. Kekurangan bahan baku dari China bisa membuat ekspor obat India anjlok. Selain itu, Negeri Bollywood ini juga tak bisa lepas dari investasi China. Perang dagang dengan Beijing, tentu bisa membuat investasi luar negeri di India merosot. Total ada 225 perusahaan besar China yang berinvestasi langsung di India sepanjang tahun 2003 hingga 2020.
Tekanan ekonomi ini diawali oleh India yang menahan pengiriman barang asal Tiongkok di pos-pos pemeriksaan. Langkah itu lantas diikuti dengan melarang 59 aplikasi seluler termasuk yang terkenal di Tiongkok seperti ByteDance’s TikTok, Tencent WeChat, dan jaringan media sosial Weibo. New Delhi bahkan telah meminta Weibo menghapus akun Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Sekadar informasi,Tik Tok, aplikasi video pendek yang populer tersebut berada di peringkat lima dalam 10 aplikasi gratis teratas pada platform Apple di India sebelum perselisihan antara pasukan India dan China meruyak awal Mei. Sebulan kemudian, TikTok turun ke nomor 10 di App Store.
India bukan satu-satunya negara yang menentang aplikasi China dengan alasan masalah privasi dan keamanan siber. Taiwan, juga Jerman, telah melarang beberapa aplikasi China. Sebelumnya, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat Robert O'Brian mengatakan semua aplikasi China berfungsi sebagai senjata Partai Komunis China (CPC) untuk memajukan agenda ideologis dan geopolitiknya.
TikTok yang popular di kalangan anak muda, memiliki jumlah pengguna sebanyak 611 juta. India tercatat sebagai pengunduh terbesar, diikuti oleh China dan AS. Pengguna TikTok melampaui angka 2 miliar pada kuartal pertama 2020.
Beijing sendiri bersikap hati-hati dalam menanggapi sikap India memboikot produk-produknya. “Sampai sekarang, Tiongkok hanya memantau situasi,” kata seorang profesor ekonomi di Institut Administrasi Publik India (IIPA) Geethanjali Nataraj. “Perang dagang tidak akan menguntungkan kedua negara,” ujarnya seperti dikutip CNN.
Namun jika perang dagang berlanjut, sesungguhnya yang bakal merugi adalah India. Banyak industri di Negeri Hindustan, termasuk elektronik, farmasi dan perangkat keras TI -sangat bergantung pada impor, terutama dari Tiongkok. Dari April 2019 hingga Maret 2020, India membeli barang senilai USD 65 miliar dari Tiongkok, terhitung hampir 14 persen dari total impornya. Sedangkan Tiongkok membeli barang senilai USD 16,6 miliar dari India. Tiongkok adalah mitra dagang terbesar kedua India untuk periode tersebut di belakang Amerika Serikat.
Bagi China, perdagangan dengan India hanya menyumbang 2,1 persen, sehingga tak terlalu siginifikan pengaruhnya. Komoditas impor dari India masih bisa digantikan negara lain.
India selama ini dikenal sebagai salah satu produsen farmasi terbesar dunia. Kekurangan bahan baku dari China bisa membuat ekspor obat India anjlok. Selain itu, Negeri Bollywood ini juga tak bisa lepas dari investasi China. Perang dagang dengan Beijing, tentu bisa membuat investasi luar negeri di India merosot. Total ada 225 perusahaan besar China yang berinvestasi langsung di India sepanjang tahun 2003 hingga 2020.
tulis komentar anda