Faisal Basri: Pemulihan Ekonomi RI yang Dikatakan Tidak Sepenuhnya Benar

Kamis, 05 Januari 2023 - 15:43 WIB
Ekonom Faisal Basri mengkritik klaim pemerintah yang menyebut pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada 2022 menunjukan tren pemulihan. Foto/Dok
JAKARTA - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri mengkritik klaim pemerintah yang menyebut pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada 2022 menunjukan tren pemulihan. Menurutnya, fakta di lapangan struktur pemulihannya masih jomplang.

"Indonesia memang sudah berangsur pulih dari pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai sekitar 5,4 persen, lebih besar dibandingkan saat pandemi. Tapi pemulihan ekonomi yang dikatakan tidak sepenuhnya benar. Karena yang tumbuh itu wall streat, main street nya masih terseok-seok, masih belum pulih sebelum Covid-19," kata Faisal dalam konferensi pers INDEF, Kamis (5/1/2023).



Ia menjelaskan, jika pemerintah menyebut Indonesia sudah pulih, itu adalah sektor jasanya. Sedangkan sektor barang, seperti agrikultur dan manufaktur masih melemah. Dengan ketimpangan pemulihan ekonomi itu maka dampaknya sangat signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.



Sebab sebagian besar masyarakat Indonesia masih bertumpu pada sektor penghasil barang. Menurut Faisal, selama ini pemerintah justru terus menerus membuat langkah politik yang buruk dengan mengutamakan hasil yang instan.

"Karena dia gampang, dapat uangnya gampang seperti cryptocurrency, saham, yang jauh dari dunia rakyat nyata," tuturnya.



Lebih jauh dia memberikan contoh pertumbuhan industri manufaktur yang dinilai paling anjlok penurunannya. Faisal mengatakan, pertumbuhan industri manufaktur selalu lebih rendah dari PDB. Bahkan, industri ini terus mengalami perlambatan sebelum mencapai titik optimalnya.

Faisal pun memperkirakan ada gejala dini deindustrialisasi pada sektor ini. Dibandingkan dengan negara-negara lain, jelas dia, industri Tanah Air peranannya terhadap PDB merosot tajam dari level yang tinggi yakni sebesar 29% pada tahun 2021, sedangkan pada tahun 2022 sampai dengan triwulan ketiga turun 18,3%.

"Sebentar lagi disalib oleh Vietnam namun jauh di bawah negara-negara China, Thailand dan Malaysia. Dialah pembentuk kelas menengah yang kuat. Jadi kalo industri nya lemah, kelas menengahnya juga jadi 'memble'. Lapisan buruh formalnya relatif sedikit," terang Faisal.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More