Gotong Royong Lintas Sektor Optimistis Percepat Penurunan Angka Stunting

Kamis, 16 Februari 2023 - 21:58 WIB
loading...
Gotong Royong Lintas...
Appnia terus mendorong pelibatan pemangku kepentingan lintas sektor untuk menurunkan angka stunting. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (Appnia) terus mendorong pelibatan pemangku kepentingan lintas sektor untuk menurunkan angka stunting. Gotong royong optimistis mampu menurunkan target hingga 14 persen pada 2024 dapat tercapai.

"Pentingnya peran aktif bersama seluruh pemangku kepentingan hingga masyarakat, agar upaya pemerintah untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting dapat berjalan sesuai target," ujar Ketua Umum APPNIA Vera Galuh Sugijanto dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.



Menurut dia pemenuhan gizi seimbang di dalam keluarga menjadi faktor utama yang akan menentukan keberhasilan program penanganan stunting. Disampaikan Vera, visi dan misi Appnia sendiri adalah untuk membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1000 hari pertama kehidupan.

"Caranya melalui penyediaan layanan dan akses terhadap pangan bergizi, terjangkau,dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah, termasuk program penurunan prevalensi stunting, melalui berbagai program yang sesuai dengan etika berusaha yang baik," kata dia.

Appnia juga senantiasa mendukung pemenuhan gizi di Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045 sebagai kekuatan utama bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan maju di tahun 2045. Untuk mencapai generasi masa datang yang sehat dengan kemampuan intelegensi yang kuat, dibutuhkan asupan nutrisi yang optimal.

"Ini tentunya mimpi bagi kita semua, agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang jauh lebih besar, dan jauh lebih sehat, yang benar-benar terlihat di peta dunia," sambungnya.

Vera menuturkan bahwa pihaknya secara konsisten melakukan inovasi, peningkatan mutu dan fortifikasi produk demi mendukung program pemenuhan zat gizi masyarakat. Salah satu wujud nyata atas dukungan Appnia terhadap pemenuhan gizi dan pencegahan stunting, saat ini beberapa perusahaan anggota Appnia telah berkolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan terkait dalam melakukan berbagai program berkelanjutan di tingkat komunitas berupa program edukasi, peningkatan kapasitas, maupun intervensi pemenuhan gizi yang dilakukan di berbagai daerah sesuai dengan rujukan ilmiah yang berdasar.

Appnia juga berkomitmen untuk mendukung program ASI Eksklusif dimana dibuktikan dengan adanya kemudahan bagi para karyawan perusahaan anggota APPNIA, untuk mendapatkan cuti melahirkan agar fokus merawat buah hati.

Perusahaan anggota Appnia juga telah menerapkan kebijakan cuti melahirkan bagi ibu bekerja selama tiga sampai enam bulan agar ibu dapat mengupayakan pemberian ASI eksklusif bagi bayinya, serta penyediaan Ruang Laktasi pada kantor dan pabrik perusahaan anggota Appnia. Sebagian anggota Appnia juga menerapkan cuti bagi ayah agar dapat mendampingi ibu dalam masa menyusui.

"Karena kami sadar bahwa gizi yang baik, didukung dengan gaya hidup sehat dan edukasi kesehatan yang menyeluruh akan menciptakan anak Indonesia yang sehat, tangguh, cerdas, serta terbebas dari stunting," tegas Vera.

Terpisah, Guru Besar IPB yang juga Ketua Umum Pergizi Pangan Prof. Hardinsyah mengatakan stunting tidak saja berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang, tetapi juga kemampuan kognitif anak. Karena itu, untuk mencegah stunting sejak awal masa kehamilan, ibu perlu memperbanyak konsumsi pangan hewani seperti ikan, daging, susu. Bahkan, di beberapa daerah dan negara, konsumsi ulat serangga, juga dilakukan karena tinggi protein hewaninya.

"Keunikan pangan hewani ini kaya protein, kaya vitamin mineral, kaya asam lemak tertentu, nilai manfaat biologis lebih baik, juga cita rasa enak," ucap Hardiansyah.

Menurut dia makanan protein hewani, juga memiliki keunikan masing-masing. Seperti ikan yang kaya asam lemak esensial. Protein hewani juga dapat diserap tubuh secara lebih efisien, meski kemudian dari manfaatnya akan juga bergantung dari sisi pengolahannya.

"Bisa bentuk sederhana tanpa panas, seperti di Jepang, tanpa olahan, bentuk segar. Di Indonesia, lebih variatif seperti dibakar, digoreng, atau dengan bumbu kuat, seperti di Sumatera Barat," ucapnya.

Disampaikan Hardiansyah, dengan konsumsi protein hewani yang baik dan cukup, juga akan berpengaruh pada tingkat pembentukan kekuatan kepadatan tulang rawan, yang tak lain cikal bakal pembentukan tulang pada janin. Dimana komposisi utama non mineral dalam tulang rawan adalah kolagen, komposisi asam amino tertentu, yang banyak ditemui di makanan dengan protein hewani.

Karena itu, kata Hardiansyah, para orang tua, jangan hanya berpikir kalsium saja ketika ingin pertumbuhan tulang normal di janin, namun perlu berpikir pemenuhan mineral akan kolagen dimana itu bagian protein dan air.

Sementara itu, Ketua Anggota Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Rudatin menambahkan pemberian protein hewani pada saat ibu hamil untuk mencegah stunting, perlu diberikan secara tepat, dan sesuai kebutuhan gizinya. Pemberian ASI eksklusif bagi bayi sampai usia 6 bulan wajib karena bisa mencegah stunting.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia dr. Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan level pertumbuhan anak akan semakin baik, ketika kadar asam amino di dalam darah cukup tinggi, di mana sumbernya berasal dari protein hewani, bukan nabati. Protein hewani bisa digunakan untuk mendukung pencegahan stunting. Karena itu, untuk pencegahan, maka tata laksana konsumsi protein hewani sangat diperlukan. Masyarakat perlu diberikan edukasi terus menerus.

"Kami dukung upaya pengentasan upaya stunting. Mudah-mudahan anak Indonesia bebas stunting, dan target di 2024 bisa tercapai menjadi 14 persen, dengan upaya semua pihak, dan edukasi massif," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan risiko stunting erat kaitannya dengan asupan gizi, terutama kurangnya asupan protein hewani. Ia mengingatkan, sejak masih dalam kandungan hingga masa pertumbuhan, asupan gizi harus diperhitungkan.



Menurut Menkes, masa paling rawan anak-anak mengalami stunting adalah di atas usia 6 bulan yakni ketika anak mulai mendapat makanan tambahan. Menurutnya, salah satu asupan penting yang harus ada dalam makanan tambahan adalah protein hewani. Mulai dari telur, ikan atau ayam.

Budi berharap, Hari Gizi Nasional (HGN) menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan upaya pencegahan stunting melalui pemenuhan gizi seimbang pada anak.

"Tidak hanya memberikan protein hewani pada anak, berat dan tinggi badan anak juga harus dipantau secara berkala di Posyandu. Ini penting untuk melihat keberhasilan intervensi sekaligus upaya deteksi dini masalah kesehatan gizi sehingga tidak terlambat ditangani," tutur Menkes.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1479 seconds (0.1#10.140)