Menkeu: Indonesia Krisis Ekonomi sejak Awal Kemerdekaan

Selasa, 22 September 2015 - 10:59 WIB
Menkeu: Indonesia Krisis Ekonomi sejak Awal Kemerdekaan
Menkeu: Indonesia Krisis Ekonomi sejak Awal Kemerdekaan
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia sudah mengalami krisis ekonomi sejak perang dunia II usai atau awal kemerdekaan yaitu 1945. Saat itu, Indonesia dalam sejarahnya menang melawan penjajahan Jepang.

Menurutnya, sejak saat itu hingga sekarang Indonesia sudah banyak makan asam garam soal penanganan krisis, terutama saat Indonesia mengalami krisis besar pada 1998.

"Kita pertama kali merdeka 1945. Di tahun itu hingga 1949 kita sudah mengalami krisis ekonomi meskipun kita berhasil merdeka. Itu adalah masa-masa suram di mana ekonomi kita berada di titik rendah setelah perang kemerdekaan usai," katanya saat menyampaikan keynote speech di Hotel Ritz Carlton Jakarta, dalam rangka ulang tahun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ke-10 di Jakarta, Selasa (22/9/2015).

Selain itu, lanjut Menkeu, meski uang rupiah pada saat itu banyak dicetak di dalam negeri, namun kondisi ekonomi masih rentan krisis. Hal ini ditandai dengan produksi yang rendah, dan inflasi yang tinggi. Bahkan pada 1963 terjadi inflasi tinggi di Indonesia.

Pasalnya, keadaan tersebut membuat pemerintah Indonesia kala itu mengeluarkan policy untuk memperbaiki ekonomi domestik yang kian carut marut.

"Ya, tahun itu (1963) kita mengalami hyper inflation. Pertumbuhan ekonomi kita minus, negatif sekali. Sampai akhirnya pada 1970 strong policy economics mulai diterapkan, kebijakan makro prudensial, dan saat itu ada global oil boom di mana kita menemukan cadangan minyak banyak saat harga minyak sedang tinggi," tegasnya.

Meski harga minyak cenderung tinggi kala itu, namun pada 1980-an penurunan haga minyak terjadi seperti sekarang. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 1982 sempat menyentuh 2,2%. Akhirnya pemerintah mencari sumber pertumbuhan baru karena minyak tidak bisa diandalkan.

"Kita cari sumber baru, karena kala itu minyak tidak bisa diandalkan lagi, sehingga pertengahan 1980-an ada deregulasi. Baru kemudian 1990-an, pertumbuhan kita bagus di angka 7% dan bisa menjadi middle income country, setidaknya pada saat itu, kita bisa menjadi keajaiban di ranah Asia dengan pertumbuhan segitu," pungkas Bambang.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5517 seconds (0.1#10.140)