Mengapa Dinamakan Ramadan? Begini Asal Usul Penamaan dan Artinya

Rabu, 15 Maret 2023 - 17:43 WIB
loading...
Mengapa Dinamakan Ramadan? Begini Asal Usul Penamaan dan Artinya
Bulan Ramadan identik dengan bulan menggugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal saleh. Foto/ist
A A A
Asal usul penamaan bulan Ramadan perlu diketahui kaum muslim sebagai bekal menyambut bulan puasa. Ramadan (رَمَضَانُ) adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah.

Bulan kesembilan ini selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Ramadan berasal dari akar kata ر - م - ض yang berarti panas menyengat. Jumlah hari pada bulan Ramadan ini biasanya 29-30 hari berdasarkan pengamatan Hilal.

Menurut Dai yang juga pengajar Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Zarkasih, Ramadan berasal dari kata Romadh (رمض) yang artinya panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan tersebut lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan: "Dinamakan bulan Ramadan karena ia mengugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal saleh."

Asal Usul Nama Ramadan
Asal usul penamaan Ramadan bermula dari penggunaan kalender Hijriyah pada Tahun 412 Masehi. Ketika itu terjadi konvensi petinggi lintas suku dan kabilah Arab di Mekkah pada masa Kilab bin Murrah (kakek Nabi Muhammad SAW ke-6). Mereka berkumpul untuk menentukan nama-nama bulan agar terjadi kesamaan, sehingga memudahkan mereka dalam urusan perdagangan.

Dari perkumpulan itu, muncullah 12 nama bulan yaitu: (1) Muharram (2) Shafar (3) Rabi'al-Awwal (4) Rabi'al-Tsani (5) Jumadal Ula (6) Jumadal Tsaniyah (7) Rajab (8) Sya'ban (9) Ramadhan (10) Syawwal (11) Dzulqa'dah (12) Dzulhijjah.

Kala itu penomoran bulan belum ada karena orang-orang Arab terdahulu tidak tahu bulan apa yang pertama. Munculnya penomoran bulan Hijriyah pada masa Khalifah Umar bin Khaththab yang mengeluarkan perintah untuk membuat kalender Islam. Akhirnya bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama kalender Islam yang kita kenal dengan kalender Hijriyah. Dan bulan kesembilan dinamakan Ramadan.

Dalam buku "Essentials of Ramadan, The Fasting Month" karya Tajuddin Shuaib disebutkan, setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan (kalnder Hijriyah), rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari (kalender Masehi).

Bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami panasnya Ramadan secara metaforik (kiasan). Karena pada hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau diharapkan dengan ibadah-ibadah di bulan Ramadan maka dosa-dosa terdahulu hangus terbakar dan setelah Ramadhan mendapat ampunan. Dari akar kata "Romadh", Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan.

Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapus oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Pada bulan Ramadan, umat Islam akan menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.

Kabar gembira tentang keutamaan Ramadan disampaikan Rasulullah SAW dalam sabda beliau:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1913 seconds (0.1#10.140)