Jepang Kembali Pertahankan Stimulus karena Resesi

Kamis, 19 November 2015 - 14:10 WIB
Jepang Kembali Pertahankan Stimulus karena Resesi
Jepang Kembali Pertahankan Stimulus karena Resesi
A A A
TOKYO - Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) kembali mempertahankan stimulus moneter pada Kamis, menunjukkan bahwa resesi kedua di negara Sakura sejak Perdana Menteri Shinzo Abe menjabat tidak cukup untuk mengubah pandangan Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda bahwa tren inflasi membaik.

Keputusan BOJ untuk mempertahankan stimulus tak berubah sudah diperkirakan oleh 41 ekonom dalam survei Bloomberg beberapa hari setelah laporan menunjukkan Jepang jatuh ke resesi dalam enam bulan terakhir hingga September. Ekonomi Jepang jatuh pada Agustus dan September.

Kuroda mengatakan bahwa tren inflasi membaik sekaligus mengingatkan bahwa dia tetap siap untuk menyesuaikan kebijakan jika diperlukan.

Ekonom dibagi ke dalam dua kubu, satu mengharapkan pelonggaran moneter lebih lanjut pada awal tahun depan dan lainnya memproyeksikan ada langkah lebih lanjut di masa mendatang.

"BOJ sudah melakukan pelonggaran moneter besar, dan saya tidak berpikir mereka ingin melakukan lebih karena dampak tambahan akan terbatas," kata ekonom Daiwa Securities Group Inc dan mantan pejabat di BOJ Maiko Noguchi, seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (19/11/2015).

Sebanyak 21 dari 41 ekonom yang disurvei memperkirakan BOJ akan meningkatkan stimulus pada April 2016, sementara 19 ekonom tidak mengharapkan stimulus tambahan dan satu meramalkan stimulus lebih lanjut pada November 2016. Berdasarkan pernyataan yang dirilis, BOJ terus berkomitmen pelonggaran moneter tahunan tetap sebesar 80 triliun yen atau USD648 miliar.

Bank sentral mengatakan bahwa ekspektasi inflasi tampaknya meningkat dari perspektif jangka panjang dan beberapa indikator telah menunjukkan perkembangan yang relatif lemah.

Ekonom mengubah perkiraan mereka setelah pertemuan pada 30 Oktober lalu, di mana 44% memprediksikan stimulus. Bahkan karena bank menahan diri dari mengubah kebijakan, Kuroda menunda waktu mencapai target inflasi sekitar enam bulan, mengabaikan pandangan bahwa penundaan mencapai tujuan akan memaksa bank meningkatkan pembelian aset.

Ekonom hampir semuanya meramalkan bahwa bank sentral tidak akan memenuhi target inflasi 2% dalam enam bulan hingga Maret 2017.

Produk domestik bruto (PDB) Jepang turun 0,8% pada kuartal III tahun ini, menyusul penurunan 0,7% pada kuartal sebelumnya, dengan dua kuartal mengalami kontraksi memberi definisi umum terjadinya resesi. Sementara harga konsumen tidak termasuk makanan segar turun 0,1% untuk bulan kedua pada September lalu.

Menteri Ekonomi Jepang Akira Amari mengatakan, Jepang membutuhkan sejumlah langkah tambahan. Cara terbaik untuk melakukannya bagi perusahaan, dengan menggunakan cadangan kas mereka demi meningkatkan upah dan investasi. Ekonom menuturkan bahwa lemahnya investasi bisnis sebagai faktor utama yang menyeret penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dan III.

"BOJ kemungkinan akan dipaksa untuk melakukan pelonggaran lebih lanjut pada awal tahun depan. BOJ harus mengambil tindakan karena akan ada perubahan tren inflasi," kata ekonom Meiji Yasuda Life Insurance Co Yuichi Kodama.

Sementara Kuroda akan mengadakan konferensi pers mulai pukul 03.30 sore waktu setempat. Dewan BOJ akan bertemu lagi pada 17-18 Desember setelah pertemuan Federal Reserve pada 16 Desember. Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Desember tahun ini.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4440 seconds (0.1#10.140)