Susi Ungkap Kejamnya Praktik Perbudakan di Sektor Perikanan

Senin, 30 November 2015 - 11:28 WIB
Susi Ungkap Kejamnya Praktik Perbudakan di Sektor Perikanan
Susi Ungkap Kejamnya Praktik Perbudakan di Sektor Perikanan
A A A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membeberkan praktik perbudakan yang terjadi di sektor perikanan di dunia. Praktik ini ditengarai dilakukan oleh sindikat besar dan sangat terorganisir.

Dia menuturkan, perbudakan yang terjadi ‎di industri ini sangat buruk. Pasalnya, mereka tidak memberikan pilihan serta tidak ada perlindungan bagi para pekerja. (Baca: Susi: 61 Ribu ABK RI di New Zealand Diperlakukan Sangat Buruk).

"Kalau mereka melawan pemilik kapan mereka bisa dilempar di laut. Praktik ini dilakukan oleh sindikat besar dan sangat terorganisir. Untuk industri besar ini ada organisasi besar dari Myanmar," katanya di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (30/11/2015).

Untuk itu, mantan Bos Susi Air ini mendorong pencegahan tindakan illegal unreported unregulated (IUU) fishing, tidak hanya pada penangkapan ikan secara ilegal. Namun juga mengarah kepada nasib para pekerja di sektor tersebut.

"Sebagai negara kami semua mengakui kita negara modern namun sudah terlalu banyak yang terjadi (perbudakan dan IUU fishing). Manusia yang berbudaya juga telah meninggalkan manusia lain. Banyak kasus lain yang dibaca di berbagai media. Kita jadi tidak peka dan terbiasa dengan hal ini. Negara yang kuat dimanipulasi oleh sistem," tutur dia.

Menurutnya, saatnya untuk berpikir tentang keberadaban manusia dan modernisasi yang selama ini telah dianut. Saat modernisasi dan keberadaban tersebut dijunjung tinggi, justru masih terjadi tindak kekerasan dan perbudakan sesama manusia.

"‎Setiap hari masih ada kekerasan, kerakusan bisnis, demi kekuatan dan kekuasaan. Kita tidak bisa biarkan hal ini terjadi. Mulai dari kita coba lakukan sesuatu bersama bagaimana selesaikan masalah ini," tegasnya.

Mantan Bos Susi Air ini mengatakan, masih banyak orang di luar yang menderita sangatlah memalukan, bahkan mereka tidak punya setetes air untuk diminum. Padahal, negara ini menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).

"Mereka menyiapkan hidangan terbaik kita di atas meja makan. Namun mereka diperlakukan seperti budak. Saya meminta setiap negara untuk melihat dan melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4828 seconds (0.1#10.140)