Rusia-Turki Kembali Mesra, Pipa Gas TurkStream Berjalan Lagi

Kamis, 11 Agustus 2016 - 18:02 WIB
Rusia-Turki Kembali Mesra, Pipa Gas TurkStream Berjalan Lagi
Rusia-Turki Kembali Mesra, Pipa Gas TurkStream Berjalan Lagi
A A A
MOSKOW - Kedatangan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ke St. Petersburg untuk bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin menandai babak baru hubungan kedua negara. Hubungan Ankara dan Moscow pun cair setelah sempat memanas pasca penembakkan jatuh jet tempur Sukhoi Su-24 Rusia oleh F-16 Turki di perbatasan Suriah, November tahun lalu.

Pertemuan di atas pun berujung manis. Proyek pembangunan pipa gas TurkStream yang terhenti kembali dibuka. Dalam pertemuan, Erdogan dan Putin sepakat untuk melanjutkan kerja sama dan memperbarui proyek pipa gas TurkStream.

Kantor berita Anadolu, Kamis (11/8/2016) melaporkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa Putin menginginkan proyek TurkStream bergerak maju. Bahkan Putin, kata dia, akan melakukan perjanjian tambahan guna memastikan rampungnya proyek tadi.

Pipa gas TurkStream merupakan rute pipa gas yang berjalan dari pantai Rusia, menyeberangi Laut Hitam menuju barat laut Turki, Kiyikoy dan melewati Luleburgaz dan berakhir ke Ipsala--sebuah kota dekat perbatasan Yunani. TurkStream ini diharapkan menjadi titik pengiriman gas masa depan untuk Eropa.

Analis geopolitik dari Energy Aspects, Richard Mallinson menyebut proyek TurkStream merupakan rencana Rusia untuk meningkatkan pangsa pasar gasnya di Eropa. “Untuk Rusia itu bukan hanya tentang pengiriman gas ke Turki, mereka bisa melakukan melalui pipa Blue Stream dan selama ini sudah menyediakan 60% gas ke Turki. Rusia melihat TurkStream sebagai rute untuk menguasai pangsa pasar Eropa,” katanya kepada CNBC, Kamis (11/8/2016).

Adapun pembangunan TurkStream sendiri mulai dilakukan pada Desember 2014, dimana saat itu Putin melakukan kunjungan kenegaraan ke Ankara.

Rute proyek pipa gas TurkStream

TurkStream sendiri akan bergantung kepada infrastruktur yang sudah dibangun untuk pipa South Stream yang sudah ditinggalkan, yaitu bekas proyek Rusia dengan Bulgaria demi masuk ke Eropa. Namun dibatalkan karena melanggar peraturan kompetisi Uni Eropa.

“Rusia sudah menghabiskan banyak uang terhadap proyek South Stream, sekarang mereka mencari alternatif,” tambah Mallinson.

Melansir The Moscow Times, Proyek TurkStream sendiri ditargetkan selesai pada 2019, dengan konstruksi yang akan dipimpin oleh perusahaan gas Rusia, Gazprom dan Turki Botas Petroleum Pipeline Corporation. Proyek ini menelan dana sekitar USD20 miliar atau sekitar Rp262 triliun.

Dan kehadiran TurkStream membuat Yunani tertarik mendapat sumber baru pasokan energi, dengan biaya yang lebih hemat. Hanya saja ekspansi pipa gas Rusia ke Eropa ini mendapat tantangan dari Uni Eropa.

“Jadi dari perspektif politik dan ekonomi ini kesempatan Moskow mewujudkan TurkStream. Dan pemulihan hubungan dengan Ankara dan Erdogan adalah langkah positif namun tidak berarti menyelesaikan semua tantangan,” terang Mallison.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0771 seconds (0.1#10.140)