GCG Itu Emas

Minggu, 06 November 2016 - 16:00 WIB
GCG Itu Emas
GCG Itu Emas
A A A
LUKAS SETIA ATMAJA
Financial Expert - Prasetiya Mulya Business School,
Vice Chairman-Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD)


DI kolom ini saya pernah menulis tentang Blue Bird saat sopirnya melakukan demonstrasi. Perusahaan ini dibangun dengan nilai-nilai dan tata kelola yang baik.

Ketika Jakarta masih dikuasai taksi berwarna kuning, Blue Bird menawarkan nilai kepercayaan, kenyamanan dan keamanan. Penumpang si Burung Biru tidak perlu khawatir diajak blusukan Jakarta dengan argo kuda.

Sopir Blue Bird dibekali dengan niat baik dan kejujuran. Tata kelola perusahaan yang baik ini menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage), faktor yang membedakan dengan kompetitornya.

Lambat laun burung-burung biru ini berkembang biak menggeser taksi berwarna kuning. Saya sering menggunakan contoh si Burung Biru ini saat berkhotbah tentang manfaat good corporate governance (GCG). Maka, ketika terjadi demo panas sopir taksi PT Blue Bird Tbk (BIRD) Maret lalu di Jakarta, masyarakat Jakarta yang tingkat kepo-nya tinggi jadi kerepotan. Apalagi, kemudian terjadi tindak kekerasan oleh pelaku demo.

Foto-foto tindak kekerasan beredar cepat bak virus di dunia maya, menuai citra negatif dan kecaman. Menyadari hal ini, Manajemen Blue Bird, sore itu juga, mengeluarkan kebijakan naik Blue Bird gratis selama masih di Jakarta, dan berlaku seharian setelah hari demo. Jika kita asumsikan setiap armada Blue Bird menyetor Rp660.000 sehari dan ada 15.000 armada yang jalan pada hari gratisan tersebut, maka dana yang dikeluarkan untuk “say sorry with flowers“ demi menjaga reputasi adalah Rp10 miliar.

Reputasi perusahaan adalah emas. Untuk bisa berkembang dan langgeng (berkelanjutan), sebuah perusahaan harus menjaga reputasinya sebagai perusahaan yang bisa dipercaya oleh para pemangku kepentingan. Menurut Guinness Book of World Records, perusahaan paling tua di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang adalah Nishiyama Onsen Keiunkan di Yamanashi, Jepang.

Hotel ini telah beroperasi sejak 705, sebelum Wangsa Syailendra di Indonesia membangun Candi Borobudur pada tahun 750. Hingga kini Hotel Nisiyama telah dikelola oleh 52 generasi keluarga turun temurun. Bahkan, staf hotel pun diwariskan turun temurun, dari orangtua ke anak ke cucu, dan seterusnya.

Hebatnya, mereka memegang posisinya sama! Apa rahasia panjang umur hotel ini? Setiap generasi manajemen dan staf hotel melakukan yang terbaik untuk menawarkan “spirit of service“ bagi pelanggan. Semangat ini datang dari motivasi untuk menjaga kelanggengan bisnis agar keturunan mereka bisa tetap hidup dari hotel ini.

Tata kelola (manajemen) yang baik serta keramah-tamahan yang tak lekang oleh waktu ini menjadikan hotel ini tetap dipercaya oleh pelanggan, turun temurun selama 52 generasi. Di Indonesia kita memiliki beberapa perusahaan yang usianya lebih dari satu abad seperti PT HM Sampoerna, Tbk (berdiri 1913) maupun PT Bumi Putera (berdiri 1912). Hingga kini kedua perusahaan ini masih memiliki reputasi tinggi di industrinya.

Bumi Putera dengan cerdik memilih tagline: “proven over time“, sedangkan HM Sampoerna memasang tahun 1913 di logonya. Intinya, makin tua makin bisa dipercaya.

Tidak semua perusahaan tua bernasib baik. Salah satunya adalah Lehman Brothers, perusahaan jasa keuangan global. Sebelum dinyatakan bangkrut, Lehman Brothers adalah bank investasi keempat terbesar di Amerika Serikat. Lehman Borther beroperasi dari 1850 hingga 2008 atau 158 tahun.

Beberapa tahun sebelum kematiannya, Lehman Brothers ternyata mengabaikan praktik tata kelola yang baik. Eksekutif Lehman Brothers secara berkala melakukan manipulasi data keuangan di setiap akhir kuartal agar kinerja keuangannya tampak lebih bagus dari aslinya.

Mereka juga tidak mengelola risiko perusahaan secara baik dengan menaruh dana terlalu banyak di aset subprime mortgage yang berisiko tinggi. Ketika krisis subprime mortgage melanda, Lehman brothers mengalami kerugian yang fantastis.

Nasib yang sama dialami oleh perusahaan akuntansi ternama di dunia, Arthur Andersen, yang berdiri 1913. Arthur Andersen berhenti beroperasi pada 2002 setelah diputuskan bersalah saat mengaudit Enron, perusahaan energi di Texas yang bangkrut pada 2001. Arthur Andersen terlibat dalam skandal manipulasi laporan keuangan Enron yang menggelembungkan pendapatan Enron hingga USD100 miliar.

Untuk bisa panjang umur, perusahaan harus memiliki reputasi yang baik, dan reputasi yang baik datang dari tata kelola perusahaan yang baik. Dalam upaya mempercepat internalisasi praktik-praktik GCG perusahaan publik di Indonesia, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) secara berkala mengevaluasi praktik CG perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penghargaan bagi perusahaan yang memiliki praktik GCG terbaik akan diberikan dalam acara “The 8th IICD CG Conference and Award”, Senin, 7 November 2016 di Jakarta. Semoga upaya ini bisa memotivasi perusahaan publik di Indonesia agar makin amanah, berkembang dan sukses melintasi abad demi abad.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4869 seconds (0.1#10.140)