Tiga Negara ASEAN Ini Akan Memiliki Pertumbuhan Ekonomi Ekspansif

Sabtu, 14 Januari 2017 - 08:20 WIB
Tiga Negara ASEAN Ini Akan Memiliki Pertumbuhan Ekonomi Ekspansif
Tiga Negara ASEAN Ini Akan Memiliki Pertumbuhan Ekonomi Ekspansif
A A A
SINGAPURA - Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang berada di wilayah Mekong, Asia Tenggara, akan lebih cepat ketimbang negara raksasa Asia seperti China.

Melansir dari Bloomberg, Sabtu (14/1/2017), Kamboja, Laos, dan Myanmar diprediksi akan memiliki pertumbuhan ekonomi paling ekspansif setelah India pada 2017-2019 mendatang. Meski saat ini PDB ketiga negara ini digabung berkisar USD100 miliar, sekitar sepertiga dari Singapura, Malaysia, atau Filipina, namun pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut akan mencapai 7%.

Kalkulasi tersebut berdasarkan peningkatan infrastruktur dan diversifikasi ekonomi yang mereka lakukan belakangan ini. Sehingga mengubah citra mereka sebagai negara terpencil di kawasan ASEAN menjadi the new emerging market.

Ketiganya akan mengekor Vietnam, yang telah bersalin rupa dari negara agraris ke negara industri. “Mereka akan mengikuti Vietnam, yang telah mengubah ekonominya dari sebelumnya mengandalkan pertanian menjadi pengekspor barang elektronik seperti smartphone. Mereka menjadikan Vietnam sebagai panutan,” ujar Eugenia Victorino, ekonom Australia & New Zealand Banking Group di Singapura.

Victorino menambahkan bahwa negara-negara di wilayah Mekong memiliki potensi pusat manufaktur. “Kami telah melihat Kamboja, Laos, dan Myanmar mencoba meniru model Vietnam yang memikat investasi langsung asing demi menopang kapasitas ekspor mereka”.

Dan ketiganya menggandeng China, yang meningkatkan investasi mulai dari infrastruktur, jaringan kereta api hingga properti.

Setelah meminggirkan sitem pemerintahan junta militer, Myanmar melakukan liberalisasi ekonomi dan mengadopsi reformasi pasar seiring dengan transisi menuju demokrasi. Dan China merupakan mitra dagang terbesar dengan membangun zona ekonomi khusus, pembangkit listrik, dan pelabuhan di pantai barat.

Data Global Construction Review mengatakan bahwa Laos baru saja melanjutkan proyek kereta api dengan China di Laos Utara dengan nilai kontrak USD5,7 miliar. Adapun Kamboja menjadi daya tarik khusus bagi produsen China yang merelokasi pabriknya, sejalan dengan strategi Negeri Tirai Bambu untuk mengekspor kapasitas industri mereka sesuai dengan Program Jalur Sutra yang baru.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5414 seconds (0.1#10.140)