Populisme Menjadi Perhatian Nomor Satu Forum Ekonomi Dunia

Rabu, 18 Januari 2017 - 18:50 WIB
Populisme Menjadi Perhatian Nomor Satu Forum Ekonomi Dunia
Populisme Menjadi Perhatian Nomor Satu Forum Ekonomi Dunia
A A A
DAVOS - Kemunculan populisme di negara-negara maju saat ini, dinilai lebih penting dari kebijakan bank sentral terhadap pelaku pasar global. Hal tersebut diutarakan oleh Ray Dalio, pendiri dan pejabat investasi di Bridgewater Associates-perusahaan hedge fund terbesar dengan aset kelolaan USD150 miliar.

Melansir dari CNBC, Rabu (18/1/2017), Dalio mengatakan bahwa populisme yang kerap diartikan pandangan negatif terhadap perdagangan bebas, sekarang menjadi perhatian utama pelaku pasar dan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2017 di Davos, Swiss.

“Ekonomi populisme bukan hanya mengkritisi kensenjangan kaya dan miskin, juga rasa bahwa kebijakan ekonomi selama ini mewakili saya atau tidak. Ini soal nasionalisme dan soal keuntungan yang didapat terhadap perdagangan bebas. Saat ini populisme menjadi isu paling penting secara global,” katanya seperti dilansir Bloomberg.

Terkait isu ekonomi populisme, pertemuan Davos pun menampilkan dua pembicara yaitu ekonom Larry Summers dan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde. Keduanya menyoroti kenaikan populisme di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, dimana perdagangan bebas telah membuat angka kemiskinan, pengangguran, dan masyarakat berpenghasilan rendah semakin banyak di negara maju.

Lagarde menjelaskan bahwa kelas menengah di negara-negara maju kini telah menyusut imbas dari krisis keuangan 2008 dan perdagangan bebas. Kaum kelas menengah tersebut kini kecewa dan memilih kepada populisme.

“Dengan pertumbuhan yang lebih rendah, ketimpangan dan tidak adanya transparansi mengakibatkan krisis di kelas menengah di negara maju,” katanya.

Karena itu, Lagarde mengajak WEF dan anggota parlemen global untuk menempatkan kebijakan yang akan membantu kelas menengah yang tidak puas ini, dengan perdagangan bebas yang adil.

Dan menurut Dalio, apa pun yang dilakukan bank sentral saat ini tidak akan menjadi perhatian pelaku pasar. Sekarang yang menjadi nomor satu masalah ekonomi adalah populisme. “Populisme akan memanifestasikan dirinya selama satu atau dua tahun mendatang,” ujarnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7734 seconds (0.1#10.140)