Industri Minyak Khawatir Atas Ketegangan Perdagangan AS-China

Sabtu, 21 Januari 2017 - 08:50 WIB
Industri Minyak Khawatir Atas Ketegangan Perdagangan AS-China
Industri Minyak Khawatir Atas Ketegangan Perdagangan AS-China
A A A
DAVOS - Produsen dan eksekutif minyak Timur Tengah khawatir atas ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat China. Ketegangan yang diartikan perang dagang ini dikhawatirkan dapat mengaburkan prospek pertumbuhan energi global dan pemulihan harga si emas hitam.

Melansir dari Reuters, Sabtu (21/1/2017), dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) yang berakhir 20 Januari di Davos, Swiss, mereka mengaku cemas akan meningkatnya ketegangan perdagangan dua negara ekonomi terkuat dunia saat ini.

“Hal ini (ketegangan AS-China) tidak baik untuk kami. Padahal keduanya memiliki banyak kearifan dan saya berharap kecemasan ini tidak terbukti,” ujar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih.

Falih menambahkan seharusnya kedua negara ekonomi terbesar itu perlu memilah perbedaan mereka untuk kesejahteraan masyarakat global. Pandangan serupa juga disuarakan oleh eksekutif perminyakan lainnya yang berkumpul di Pegunungan Alpen Swiss.

“Risiko terbesar bagi pasar minyak bisa datang dari antagonisme AS dan China, bahkan bisa menjadi masalah geopolitik di Asia bila terjadi perang dagang,” ujar Majid Jafar, kepala eksekutif Crescent Petroleum, perusahan minyak swasta yang berkantor pusat di Uni Emirat Arab.

Sementara itu, Kepala Eksekutif British Petroleum Bob Dudley berharap kedua negara bisa memiliki kepala dingin sehingga memenangkan kedua sisi.

Presiden RRC Xi Jinping yang hadir dalam pertemuan WEF 2017 di Davos, menawarkan perdagangan bebas yang lebih inklusif. Dan Beijing berkeinginan memainkan peran global yang lebih besar dalam seperti halnya Amerika Serikat selama ini.

Xi lantas memperingatkan negara-negara lain untuk tidak membabi buta mengejar kepentingan nasional, seperti slogan America First dalam kebijakan Presiden AS yang baru Donald Trump. Pengusaha asal New York tersebut berjanji lebih agresif dalam menghadapi perdagangan dengan China, diantaranya menerapkan pengadaan tarif baru terhadap produk-produk luar negeri yang masuk ke Negeri Abang Sam.

Adapun ekonomi China sangat bergantung terhadap perdagangan bebas, dimana produksi massal dan harga yang lebih rendah banyak memasuki pasar dagang dunia. Dan perdagangan mereka akan terpukul keras oleh gelombang baru proteksionisme dan reaksi yang lebih luas terhadap globalisasi.

Beijing juga hampir setara dengan AS sebagai importir minyak top dunia. Dan perlambatan ekonomi China belakangan ini serta pukulan dari retorika anti-globalisasi bisa menganggu pertumbuhan konsumsi minyak dunia mereka dalam dekade mendatang.

Selain menjanjikan kebijakan keras terhadap China, Trump juga mengatakan bahwa Washington harus meningkatkan kemandirian energi Amerika dari kartel minyak seperti OPEC.

Namun Falih berujar bahwa setiap upaya untuk memperkenalkan tarif impor minyak dari luar negeri juga mendukung produsen minyak mentah AS. Dan ketika ditanya tentang meningkatnya ketegangan, Kepala OPEC Mohammed Barkindo berujar dunia membutuhkan stabilitas untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan memastikan tugas ini dicapai melalui kerja sama di semua tingkatan.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4197 seconds (0.1#10.140)