Creator Confidence

Minggu, 19 Februari 2017 - 10:15 WIB
Creator Confidence
Creator Confidence
A A A
Judul tulisan ini saya pinjam dari buku Tom/David Kelley, kakak beradik pendiri IDEO, firma desain produk legendaris di dunia. Saya sepakat dengan buku yang diterbitkan pada 2014 itu bahwa untuk menjadi kreator dan entrepreneur, mengalami secara langsung proses mencipta produk atau menjalankan bisnis merupakan faktor kunci keberhasilan.

Untuk menjadi kreator/entrepreneur tak bisa tidak, Anda harus nyebur langsung mencipta atau menjalankan bisnis riil. Anda tak bisa cuma dengan membaca buku-buku bisnis. Anda tak bisa cuma mendapat inspirasi dari seminar kewirausahaan atau seminar motivasi. Anda juga tak bisa melakukannya cuma dengan simulasi atau studi kasus, seperti diajarkan di sekolah-sekolah bisnis.

Dengan mengalami secara langsung jatuh-bangunnya mencipta dan berbisnis, maka akan muncul kepercayaan diri. Unsur confidence itulah yang menjadi modal paling berharga bagi sukses seorang kreator/entrepreneur. Tanpa adanya confidence, sampai kapan pun Anda tak akan punya nyali untuk menjadi kreator/ entrepreneur.

Sulitnya Memulai

Untuk membentuk rasa percaya diri, Anda harus mengalami. Dan untuk mengalami, Anda harus berani memulai. Nah, inilah handicap terbesar dari kebanyakan calon kreator/entrepreneur, memulai mencipta dan memulai bisnis. Kenapa memulai mencipta dan berbisnis menjadi handicap terbesar?

Sebab, memulai bisnis dan langsung sukses itu kemungkinan cuma satu dari sejuta kasus yang ada, sangat kecil sekali. Sangat-sangat besar kemungkinannya Anda gagal saat memulai bisnis. Kalau gagal, pertama, Anda akan menjadi bahan tertawaan. Kedua, Anda sangat berat dan sulit untuk bangkit memulainya kembali.

Dan celaka tiga belas, begitu Anda gagal untuk yang pertama kali, maka kemudian Anda menutup rapat kemungkinan untuk menjadi kreator/entrepreneur dengan mengatakan: “Saya memang ditakdirkan bukan menjadi seorang kreator.” Atau “Dari sono-nya memang saya tak punya bakat bisnis.” Kalau sudah begitu, maka hukum “self-fulfilling prophecy“ bekerja: Anda betul-betul tak pernah menjadi kreator/ entrepreneur.

Confidence = Evolusi

Pembentukan creator confidence tidak bisa terjadi secara instan, tapi melalui sebuah proses. Setidaknya Anda harus mengalami keseluruhan siklus mencipta (creating cycle) mulai dari mencari ide produk/bisnis, menemukan needs produk itu di pasar, merancang produk, memproduksinya, memasarkannya, hingga mendapatkan omzet.

Ketika Anda nyebur langsung, Anda membenamkan sejumlah uang tertentu, waktu, tenaga, dan pikiran ke dalam proyek tersebut. Di situlah degup jantung dan adrenalin Anda dipacu habis-habisan. Ya, karena kalau sampai gagal, duit Anda akan hilang, waktu dan tenaga Anda akan muspro alias sia-sia.

Jantungan semacam inilah yang tak bakal diperoleh dari membaca buku, ikut seminar, atau menyelesaikan studi kasus di sekolah bisnis. Dengan alasan ini, di Creator School yang saya rintis, siswa harus mengerjakan proyek bisnis riil, bukan simulasi atau case study. Sekali lagi, Anda harus mengalami langsung setiap denyut bisnis dan merasakannya.

Celakanya, Anda mengalami satu creating cycle itu secara penuh tak menjamin bahwa Anda langsung memiliki confidence yang cukup. Kalau Anda memulai bisnis dan kemudian langsung sukses, tentu saja confidence Anda akan melambung. Dengan pongah Anda pun kemudian bilang: “Wow... ternyata membangun bisnis itu supermudah.”

Namun, bagaimana halnya jika yang terjadi justru sebaliknya? Anda gagal; modal habis, produk tak satu pun terjual, utang melilit, reputasi hancur. Jadi, bukannya confidence yang Anda dapat, tapi justru kegalauan, pesimisme, dan keputusasaan. Di sinilah pentingnya Anda bangkit dari kegagalan, move on, dan menjadikan kegagalan itu sebagai vitamin untuk menumbuhkan confidence.

Ingat, “fear of failure is the biggest obstacle people face to sucess.” Jadi, confidence didapat melalui proses sukses-gagal yang berlangsung secara akumulatif dan evolutif. Itu sebabnya saya mengatakan sukses menjadi kreator/entrepreneur merupakan “marathoner game“ bukan “sprinter game“.

Failure Paradox

Anda tentu sepakat, kegagalan adalah sesuatu yang tidak kita inginkan. Tapi paradoksnya, justru kegagalan merupakan “vitamin” kesuksesan. Yang umum terjadi, serangkaian kegagalanlah yang membawa kita kepada kesuksesan. Serangkaian kegagalanlah yang membentuk confidence kita untuk meraih kesuksesan.

Karena itu, saya suka rumusan ini: [Kegagalan = Vitamin Kesuksesan]. Dari kegagalan kita menemukan kesalahan dan kelemahan. Dari kegagalan kita menemukan pembelajaran. Kegagalan membawa kita keluar dari area nyaman. Kegagalan menempa keberanian. Kegagalan membangun confidence kita menuju kesuksesan.

Thomas Alva Edison sukses membuat bola lampu setelah mengalami ribuan kali kegagalan. Wright bersaudara sukses menerbangkan pesawat untuk pertama kali setelah mengalami ribuan kali kegagalan. Karena itu, janganlah menghujat kegagalan. Janganlah menghindari atau menolak kegagalan. Justru sebaliknya, fail as soon as possible.

Lakukan kegagalan secepat mungkin agar dari situ kita bisa belajar dan menemukan celah kesuksesan. Itu sebabnya salah satu slogan di bagian pengembangan produk Google berbunyi: “Fail Fast!” Creator confidence layaknya otot, semakin kita latih akan semakin kuat. Semakin banyak siklus gagal-sukses kita alami, maka semakin confidence pula kita dalam melangkah untuk mewujudkan kesuksesan.

YUSWOHADY
Managing Partner, Inventure
www.yuswohady.com
@yuswohady
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7645 seconds (0.1#10.140)