Kinerja Sehat dan Makin Tangguh, BRI Cetak Laba Rp29,56 Triliun
loading...
A
A
A
“Keberhasilan BRI me-manage NPL juga diimbangi dengan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir Triwulan II 2023 tercatat NPL Coverage BRI sebesar 248,54 persen,” kata Sunarso.
Pertumbuhan Berkelanjutan Didukung Penghimpunan CASA dan Efisiensi
Direktur Utama BRI Sunarso. (Foto: dok BRI)
Sementara itu, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), Sunarso memaparkan bahwa BRI mencatatkan total DPK senilai Rp1.245,12 triliun.
Penopang utama pertumbuhan DPK BRI bersumber pada dana murah (CASA) yang tercatat tumbuh 10,13 persen yoy menjadi Rp815,42 triliun. Porsi CASA (Giro dan Tabungan) BRI pun terus meningkat, dari 65,12 persen pada Triwulan II 2022 menjadi 65,49 persen pada Triwulan II 2023.
“BRI memiliki dua strategi utama untuk mendorong penghimpunan CASA ke depan, yakni fokus pada retensi dan akuisisi. Untuk retensi, strategi BRI akan difokuskan pada transaksi digital, mengoptimalkan value chain nasabah wholesale, serta menggunakan big data untuk memaksimalkan peluang dari nasabah. Sedangkan untuk akuisisi, BRI akan menargetkan ekosistem bisnis serta merchant,” ucapnya.
Dari sisi operasional, business process reengineering yang dilakukan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO dan CIR yang tercatat membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) membaik dari 69,56 persen menjadi 67,71 persen dan CIR (Cost to Income Ratio) membaik dari 44,30 persen menjadi 41,79 persen.
“Rasio efisiensi BRI yang terus membaik tak lepas dari transformasi digital yang terus dijalankan. BRI sendiri terus mengembangkan area digital melalui 3 fokus yakni Digitizing Core, Digital Ecosystem serta New Digital Proposition,” tutur Sunarso.
“Transformasi digital yang dilakukan oleh BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee-based income perseroan. Dimana fee-based income konsolidasian BRI tercatat tumbuh 9,14 persen yoy menjadi senilai Rp10,22 triliun,” katanya.
Hingga akhir Triwulan II 2023 likuiditas dan permodalan BRI pun berada di level yang memadai. Hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank sebesar 87,26 persen dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 26,65 persen.
Pertumbuhan Berkelanjutan Didukung Penghimpunan CASA dan Efisiensi
Direktur Utama BRI Sunarso. (Foto: dok BRI)
Sementara itu, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), Sunarso memaparkan bahwa BRI mencatatkan total DPK senilai Rp1.245,12 triliun.
Penopang utama pertumbuhan DPK BRI bersumber pada dana murah (CASA) yang tercatat tumbuh 10,13 persen yoy menjadi Rp815,42 triliun. Porsi CASA (Giro dan Tabungan) BRI pun terus meningkat, dari 65,12 persen pada Triwulan II 2022 menjadi 65,49 persen pada Triwulan II 2023.
“BRI memiliki dua strategi utama untuk mendorong penghimpunan CASA ke depan, yakni fokus pada retensi dan akuisisi. Untuk retensi, strategi BRI akan difokuskan pada transaksi digital, mengoptimalkan value chain nasabah wholesale, serta menggunakan big data untuk memaksimalkan peluang dari nasabah. Sedangkan untuk akuisisi, BRI akan menargetkan ekosistem bisnis serta merchant,” ucapnya.
Dari sisi operasional, business process reengineering yang dilakukan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO dan CIR yang tercatat membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) membaik dari 69,56 persen menjadi 67,71 persen dan CIR (Cost to Income Ratio) membaik dari 44,30 persen menjadi 41,79 persen.
“Rasio efisiensi BRI yang terus membaik tak lepas dari transformasi digital yang terus dijalankan. BRI sendiri terus mengembangkan area digital melalui 3 fokus yakni Digitizing Core, Digital Ecosystem serta New Digital Proposition,” tutur Sunarso.
“Transformasi digital yang dilakukan oleh BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee-based income perseroan. Dimana fee-based income konsolidasian BRI tercatat tumbuh 9,14 persen yoy menjadi senilai Rp10,22 triliun,” katanya.
Hingga akhir Triwulan II 2023 likuiditas dan permodalan BRI pun berada di level yang memadai. Hal tersebut tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank sebesar 87,26 persen dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 26,65 persen.