6 Fakta Burning Man, Festival Budaya Tandingan Kontroversial yang Terganggu Hujan dan Banjir

Selasa, 05 September 2023 - 20:35 WIB
loading...
6 Fakta Burning Man, Festival Budaya Tandingan Kontroversial yang Terganggu Hujan dan Banjir
Festival Burning Man terganggu karena cuaca dan bencana banjir. Foto/Reuters
A A A
WASHINGTON - Badai yang tidak biasa terjadi di akhir musim panas telah mengubah festival budaya tandingan yang berlangsung selama seminggu di Amerika Serikat bagian barat menjadi berantakan.

Sekitar 70.000 pengunjung pesta Burning Man terjebak di lumpur dalam di gurun utara Nevada di tengah berkurangnya persediaan air dan makanan.

Namun penyelenggara Burning Man membuka kembali jalan menuju festival gurun terpencil di Nevada pada hari Senin, sehingga puluhan ribu orang dapat melarikan diri dari lokasi festival yang diguyur hujan.

“Operasi eksodus secara resmi telah dimulai di Black Rock City,” demikian keterangan situs web festival mengumumkan pada Senin sore. “Larangan mengemudi telah dicabut.”

Banyak dari 64.000 orang yang masih berada di lokasi diperkirakan akan tetap tinggal untuk menyaksikan patung festival tersebut dibakar, sebuah acara yang dijadwalkan pada Senin malam pukul 9 malam – satu hari melebihi jadwal.

Berikut adalah 6 fakta tentang festival Burning Man.

1. Festival Budaya Bandingan

6 Fakta Burning Man, Festival Budaya Tandingan Kontroversial yang Terganggu Hujan dan Banjir

Foto/Reuters

Burning Man adalah festival yang digambarkan sebagai “ekosistem global yang terdiri dari seniman, pencipta, dan pengorganisir komunitas yang bersama-sama menciptakan seni, acara, dan inisiatif lokal di seluruh dunia”.

Festival ini mendapatkan namanya dari acara puncaknya, pembakaran bangunan kayu besar yang disebut “Manusia” pada malam kedua dari belakang. Tujuannya adalah untuk menjadi peristiwa yang tidak dapat dijelaskan, antara perayaan budaya tandingan dan retret spiritual.

Penonton festival duduk di kursi perkemahan sambil memandangi lokasi Burning Man. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah, hijau dan kuning.

Selama acara, “pembakar” biasanya datang berkelompok dan mendirikan “perkemahan” bertema, siap berkontribusi pada “ekonomi hadiah” festival dengan menyediakan barang atau jasa tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

Acara ini telah diadakan sejak tahun 1986.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1742 seconds (0.1#10.140)