Ini yang Harus Dilakukan Asia Jika Ingin Lebih Kaya

Jum'at, 07 April 2017 - 00:01 WIB
Ini yang Harus Dilakukan Asia Jika Ingin Lebih Kaya
Ini yang Harus Dilakukan Asia Jika Ingin Lebih Kaya
A A A
JAKARTA - Bila abad 20 disebut abadnya Amerika Serikat, maka abad 21 adalah abadnya Asia. Sebuah adagium yang tidak berlebihan. Laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) pada Kamis (6/4/2017) menyatakan lebih dari 95% penduduk Asia sekarang berada di kategori masyarakat berpendapatan menengah, kontras dengan tahun 1991 yang hanya 10%.

Nah, sekarang pendapatan kotor nasional (GNI) per kapita di Asia yang didefinisikan menurut Bank Dunia, untuk tingkat bawah adalah USD1.026-USD4.035, untuk GNI per kapita tingkat menengah adalah USD4.036-USD12.475. Sedangkan GNI per kapita tinggi adalah lebih dari USD12.476.

China, Malaysia, dan Thailand didefinisikan sebagai negara berpenghasilan menengah atas (middle-high income country). Sedangkan India, Indonesia, Vietnam, dan Filipina diklasifikasikan sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah (middle-low income country).

Jepang, Korea Selatan, Singapura, Hong Kong dan Taiwan merupakan negara-negara dengan tingkat berpenghasilan tinggi. Mengapa? Jawabannya adalah produktivitas tenaga kerja di lima negara tersebut lebih tinggi daripada negara-negara lain di kawasan Asia.

Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang baik di kawasan Asia, termasuk Asia Tenggara, tidak lah cukup. Pemerintah harus membuat kebijakan dan pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan produktifitas agar mencapai status negara berpenghasilan tinggi.

“Para pembuat kebijakan perlu mengubah pendekatan mereka untuk mencapai status berpenghasilan tinggi. Jangan hanya mengandalkan sumber daya alam untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, juga harus lebih produktif dalam menggunakannya agar dapat mengatasi rintangan ekonomi,” ujar Sawada dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (6/4/2017).

Pemerintah, kata ADB, harus fokus pada inovasi dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, agar dapat meningkatkan perekonomian. “Inovasi membutuhkan tenaga kerja terampil. Karena itu penekanannya pada peningkatan kualitas pendidikan,” ujar Sawada.

Ia menilai peningkatan investasi sumber daya manusia (pendidikan) akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan investasi infrastruktur, terutama bidang energi dan teknologi informasi adalah cara lain. Intinya, pengembangan infrastruktur harus juga dibarengi pembangunan sumber daya manusia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8065 seconds (0.1#10.140)