Tiga Gagasan Membangun ASEAN Masa Mendatang

Jum'at, 12 Mei 2017 - 13:29 WIB
Tiga Gagasan Membangun ASEAN Masa Mendatang
Tiga Gagasan Membangun ASEAN Masa Mendatang
A A A
PHNOM PENH - Pertumbuhan yang inklusif, memanfaatkan kekuatan teknologi dan ketegangan geopolitik menjadi isu utama yang dihadapi oleh 10 negara Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Pertemuan di Phnom Penh, Kamboja, yang berakhir Jumat (12/5) ini sebagai rangka merayakan 50 tahun berdirinya ASEAN.

Melansir dari CNBC, Jumat (12/5) pertemuan ASEAN Economic Forum yang berlangsung sejak 10-12 Mei ini, mengidentifikasi tiga gagasan utama untuk memperkuat ASEAN di masa mendatang.

ASEAN Tidak Membutuhkan Model Uni Eropa
Didirikan akhir 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bercita-cita menerapkan integrasi ekonomi dan keuangan di negara-negara anggota. Beberapa kalangan kerap menanyakan apakah kawasan ini akan mengadopsi Masyarakat Ekonomi Eropa seperti yang diterapkan Uni Eropa dan merangkul serikat moneter.

Vice Chairman General Electric John Rice yang menjadi salah satu pembicara, mengatakan ASEAN tidak harus mengikuti model Uni Eropa. “ASEAN dapat membuat perbatasan menjadi titik temu sedemikian rupa sehingga setiap orang mendapatkan keuntungan,” ujarnya.

Dan sambung Rice, ASEAN tidak harus menyatukan diri dengan mata uang tunggal seperti Uni Eropa, melainkan harus berkonsentrasi dalam meningkatkan perdagangan antar negara.

Direktur Eksekutif di Kantor Pelayanan Proyek PBB Grete Faremo mengatakan, ASEAN harus mengambil pelajaran dari model Uni Eropa, dimana saat ini sentimen anti-globalisasi begitu menguat. Untuk itu, ASEAN diharapkan membangun inklusi keuangan agar tidak menciptakan ketimpangan di sesama anggota.

ASEAN Harus Bersahabat dengan Semua Negara
Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan “America First” dan menyatakan keluar dari kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership, membuat banyak negara Asia Tenggara condong ke Beijing. Apalagi belakangan ini, China rajin menjanjikan investasi ke Asia Tenggara.

Meski demikian, AS tidak akan membiarkan dominasinya di Asia Pasifik, juga Asia Tenggara menjadi lemah. Dan Negeri Paman Sam dinilai akan mencegah meluasnya pengaruh Republik Rakyat China di kawasan ini.

Di tengah persaingan AS-China, penting bagi ASEAN untuk tidak memilih. Ahli politik asal Singapura George Yeo mengatakan, ASEAN harus bersikap ramah dan netral terhadap semua negara untuk membangun ekonomi dalam rangka mencapai kesejahteraan negara-negara anggota.

Dengan demikian, kata Yeo, dalam 20 tahun mendatang, seiring meningkatnya basis infrastruktur ASEAN, ada kemungkinan negara-negara Asia Tenggara akan mencapai status kekuatan ekonomi pertama. Dan kesempatan yang dinilai bersejarah itu harus dicapai dengan mencegah ketegangan AS-China merembet ke Asia Tenggara. “Jangan sampai ASEAN membiarkan ketegangan antara mereka menjadi di luar kendali,” ujarnya.

ASEAN Harus Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur
Pemerintah negara-negara ASEAN diminta harus meningkatkan pembangunan infrastruktur, terutama infrastruktur internet. CEO Axiata Group Tan Sri Jamaludin Ibrahim mengatakan konektivitas dan kecepatan broadband internet sangat penting untuk pembangunan.

Tan Sri bahkan mengatakan pemerintah harus dapat mempercepat dan memanfaatkan populasi muda ASEAN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. “Ini akan menguntungkan setiap aspek masyarakat, termasuk bidang keuangan. Broadband adalah kesempatan kita untuk melompati negara maju,” terangnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3459 seconds (0.1#10.140)