Hadis Anjuran Bersikap Wara' dan Menjauhi Perkara Syubhat

Kamis, 21 September 2023 - 15:45 WIB
loading...
Hadis Anjuran Bersikap Wara dan Menjauhi Perkara Syubhat
Wara‘ yang paling ditekankan adalah dalam lisan. Ilustrasi: Masyudi
A A A
Anjuran bersikap wara atau hati-hari dan menjauhi perkara-perkara syubhat antara lain tercermin dalam hadis dari Abi Abdullah Nu'man bin Basyir ra. Beliau berkata:

Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas, dan antara keduanya ada beberapa perkara syubhat (kurang jelas) yang tidak diketahui oleh banyak orang.

Siapa yang menghindari perkara syubhat, maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Adapun siapa yang menerjang syubhat, niscaya dia akan terjerumus kepada yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar area terlarang, niscaya lambat laun (gembalaannya) akan makan rumput di area terlarang itu.

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki area larangan, sedangkan area larangan Allah adalah keharaman-keharaman-Nya. Ketahuilah bahwa pada setiap jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka se luruh jasad menjadi baik juga, sebaliknya jika ia rusak maka seluruh jasad rusak juga. Ketahuilah ia adalah kalbu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim )



Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul "Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah" menjelaskan hadis ini menganjurkan kita untuk bersikap wara‘ (hati-hati) dan menjauhi perkara-perkara syubhat untuk keselamatan agama dan menjaga kehormatan.

Sufyan bin Uyainah berkata: “Seorang hamba tidak akan mencapai hakikat iman sehingga dia menjadikan antara dirinya dan perkara haram sebuah tembok pembatas, dan sehingga dia meninggalkan dosa dan perkara syubhat (samar).”

Menurut Abu Abdillah Muhammad Yusri dalam "Al-Jami‘ fi Syarh al-Arba‘in an-Nawawiyyah", hal ini harus diiringi syarat-syarat berikut:

1. Ikhlas dan menghadirkan niat hanya untuk Allah;
2. Mengharapkan rahmat Allah dan mengagungkan-Nya;
3. Benar-benar terbukti syubhat, adapun jika tidak terbukti syubhat maka itu namanya waswas dan bertele-tele.



Dan wara‘ dari perkara syubhat ditekankan dalam beberapa hal berikut:

1. Makanan syubhat dan pekerjaan syubhat;
2. Membicarakan kehormatan orang lain.

Dalam kitab Siyar A‘lam an-Nubala’ karya Adz-Dzahabi disebutkan pernah ditanyakan kepada Fudhail bin Iyadh: “Apakah wara‘ itu?” Beliau menjawab: “Meninggalkan keharaman.” Lalu beliau mengatakan: “Wara‘ yang paling ditekankan adalah dalam lisan.”

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1420 seconds (0.1#10.140)