Obligasi dan Sukuk BMTR Prospektif Diburu Investor Domestik

Jum'at, 09 Juni 2017 - 13:15 WIB
Obligasi dan Sukuk BMTR Prospektif Diburu Investor Domestik
Obligasi dan Sukuk BMTR Prospektif Diburu Investor Domestik
A A A
JAKARTA - Obligasi dan Sukuk yang diterbitkan oleh PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) diproyeksi bakal diburu investor domestik seiring prospektifnya bisnis industri media televisi di Indonesia. Induk perusahaan media di bawah naungan MNC Group tersebut merilis penawaran umum berkelanjutan (PUB) dan Sukuk Ijarah dengan nilai total Rp1,5 triliun. Tahap awal, emiten bersandi saham BMTR tersebut merilis obligasi Rp850 miliar dan Sukuk Rp250 miliar.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menjelaskan obligasi dan Sukuk yang dirilis BMTR akan diburu investor institusi domestik. Pasalnya, pasar surat utang di Indonesia didominasi oleh investor institusional. "Ada dana pensiun terus ada asuransi reksa dana. Mereka berinvestasi dan memang diperbolehkan oleh aturan," ujarnya, Jumat (9/6/2017).

Diburunya surat utang BMTR diproyeksi lantaran prospek bisnis industri media masih sangat menjanjikan. Lembaga peneliti Nielsen membuktikan bahwa iklan televisi masih mendominasi industri media. Nielsen menyebut dominasi iklan televisi free to air (FTA) mencapai 77% dari total belanja iklan hingga kuartal III/2016. Porsi belanja televisi melonjak tajam hingga 56%-62% pada 2015.

PT Trimegah Sekuritas Indonesia dalam riset terbarunya menyebutkan industri televisi masih akan mampu bertahan sebagai salah satu pilihan utama dari pengiklan dalam beberapa tahun ke depan. "Terutama dalam membangun brand awareness secara masal," tulis Trimegah dalam risetnya sebagai salah satu penjamin pelaksana emisi.

Market share PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebagai anak usaha BMTR, masih terjaga pada level 46% dengan penguasaan tayangan prime time. Trimegah memproyeksi dalam lima tahun ke depan, pendapatan iklan akan melonjak 7% secara CAGR hingga 2021.

Direktur Keuangan Global Mediacom Oerianto Guyandi menilai, prospek pertumbuhan industri media didukung oleh kondisi makro Indonesia yang stabil. Konsumsi domestik yang tinggi juga mendorong kinerja industri media Tanah Air. "Adanya pertumbuhan populasi kelas menengah, banyaknya penduduk usia muda, dan juga kebiasaan masyarakat Indonesia sangat suka menonton TV," tuturnya.

Akan tetapi, rasio belanja iklan terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) masih terbilang rendah. Sehingga, ruang pertumbuhan pada sektor belanja iklan sangat terbuka lebar. Jika dibandingkan, sambungnya, rasio belanja iklan terhadap PDB Indonesia hanya mencapai 0,2%. Padahal, rasio yang sama di negara-negara tetangga masih jauh lebih tinggi, seperti Singapura 0,5%, dan Thailand 0,4%.

Dia mengaku, permintaan untuk beriklan di Indonesia sangat kuat. Sedangkan, slot iklan untuk prime time sangat terbatas, terutama lantaran hanya ada 11 stasiun televisi. "Empat di antaranya adalah milik Global Mediacom, menandakan potensi pertumbuhan yang sangat bagus," jelasnya.

Dalam emisi obligasi dan Sukuk ijarah tersebut, bertindak selaku penjamin emisi efek, perseroan telah menunjuk PT MNC Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia. Obligasi tersebut dibagi dalam tiga seri, pertama memiliki tenor lima tahun dengan kupon 10,75%-11,5%, kedua memiliki tenor enam tahun dengan kupon 11%-11,75%, dan ketiga memiliki tenor tujuh tahun dengan kupon 11,25%-12%.

Sementara untuk sukuk ijarah, tahap pertama juga dibagi dalam tiga seri, pertama dengan imbalan 10,75%-11,5% dengan tenor lima tahun, lalu 11%-11,75% untuk tenor enam tahun, dan 11,25%-12% untuk tenor tujuh tahun.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2257 seconds (0.1#10.140)