Reaktivasi Sumur Idle PHE, Praktisi Migas Proyeksi Tambah Produksi 10 Ribu Barel/Hari
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dorongan reaktivasi sumur- sumur migas idle (yang tidak aktif beroperasi) diyakini bakal berdampak positif terhadap PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Sub Holding Upstream Pertamina. Menurut Ketua Komunitas Migas Indonesia (KMI), S Herry Putranto menerangkan, selama ini PHE sudah terbiasa bekerja sama dengan beragam mitra.
“PHE pasti (menyikapi) positif, karena mereka sudah biasa kerja sama dengan mitra dengan berbagai pola,” jelas Herry kepada media.
Menurut Herry, permintaan agar bekerja sama lebih merupakan dorongan ulang. Meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan mengejar target lifting 1 juta barel per hari, tetapi setidaknya mampu menggerakkan roda ekonomi pengusaha menengah dan kecil.
“Kan (produksi) minyak turun terus, makanya dikerjasamakan yang sudah idle lewat KSO. Karena kalau sumur-sumur kecil ditotal, mentok 10 ribu barel per hari. Tetapi memang lumayan buat mitra berskala kecil,” kata Herry.
Kapasitas produksi sumur-sumur kecil yang idle tersebut, jelas Herry, umumnya di bawah 3.000 barel per hari. Sedangkan yang berkapasitas sekitar 3.000-4.000 barel per hari, bisa dikerjakan mitra berskala menengah seperti Indika.
“Jika seluruh sumur idle itu dikerjasamakan mungkin produksi minyak yang terkumpul bisa mencapai 10 ribu barel per hari,” kata dia.
Bahkan, imbuhnya, kerja sama juga bisa dilakukan dengan perguruan tinggi atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). “Untuk perguruan tinggi, tentu saja lebih kepada lembaga bisnisnya,” kata dia.
Kerja sama dengan perguruan tinggi itu juga bisa menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menimba ilmu perminyakan. Polanya bisa perguruan tinggi ikut perusahaan lain atau dikerjakan sendiri. “Jika dikerjakan sendiri, yang mengambil peran adalah lembaga bisnis kampus seperti PT LAPI ITB atau MAKARA UI,” urai Herry.
Kerja sama dengan BUMD juga perlu. Terutama, menghindari pemanfaatan sumur idle oleh perorangan secara ilegal.
Pengelolaan ilegal oleh perorangan, umumnya tidak memperhatikan tingkat keselamatan atau Health Safety Security Environment (HSSE). Bisa saja mereka sambil merokok, padahal sumur-sumur tersebut mudah terbakar. “Makanya, jika dikerjasamakan dengan BUMD kan bisa lebih tertib,” kata dia.
Dalam konteksi ini Herry tidak menepis, bahwa perusahaan yang bekerja sama dengan dengan PHE pun, harus merupakan perusahaan yang juga tetap menjaga aspek HSSE dalam operasinya.
Mengenai pernyataan agar Pertamina bekerja sama untuk sumur idle, sebelumnya disampaikan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan juga Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
"Kita sudah minta supaya itu dikerjasamakan atau dilepas, kita sudah kasih aturan untuk itu sudah ada dari Kementerian," ujar Arifin di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat lalu.
“PHE pasti (menyikapi) positif, karena mereka sudah biasa kerja sama dengan mitra dengan berbagai pola,” jelas Herry kepada media.
Menurut Herry, permintaan agar bekerja sama lebih merupakan dorongan ulang. Meskipun dampaknya tidak terlalu signifikan mengejar target lifting 1 juta barel per hari, tetapi setidaknya mampu menggerakkan roda ekonomi pengusaha menengah dan kecil.
“Kan (produksi) minyak turun terus, makanya dikerjasamakan yang sudah idle lewat KSO. Karena kalau sumur-sumur kecil ditotal, mentok 10 ribu barel per hari. Tetapi memang lumayan buat mitra berskala kecil,” kata Herry.
Kapasitas produksi sumur-sumur kecil yang idle tersebut, jelas Herry, umumnya di bawah 3.000 barel per hari. Sedangkan yang berkapasitas sekitar 3.000-4.000 barel per hari, bisa dikerjakan mitra berskala menengah seperti Indika.
“Jika seluruh sumur idle itu dikerjasamakan mungkin produksi minyak yang terkumpul bisa mencapai 10 ribu barel per hari,” kata dia.
Bahkan, imbuhnya, kerja sama juga bisa dilakukan dengan perguruan tinggi atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). “Untuk perguruan tinggi, tentu saja lebih kepada lembaga bisnisnya,” kata dia.
Kerja sama dengan perguruan tinggi itu juga bisa menjadi sarana bagi mahasiswa untuk menimba ilmu perminyakan. Polanya bisa perguruan tinggi ikut perusahaan lain atau dikerjakan sendiri. “Jika dikerjakan sendiri, yang mengambil peran adalah lembaga bisnis kampus seperti PT LAPI ITB atau MAKARA UI,” urai Herry.
Kerja sama dengan BUMD juga perlu. Terutama, menghindari pemanfaatan sumur idle oleh perorangan secara ilegal.
Pengelolaan ilegal oleh perorangan, umumnya tidak memperhatikan tingkat keselamatan atau Health Safety Security Environment (HSSE). Bisa saja mereka sambil merokok, padahal sumur-sumur tersebut mudah terbakar. “Makanya, jika dikerjasamakan dengan BUMD kan bisa lebih tertib,” kata dia.
Dalam konteksi ini Herry tidak menepis, bahwa perusahaan yang bekerja sama dengan dengan PHE pun, harus merupakan perusahaan yang juga tetap menjaga aspek HSSE dalam operasinya.
Mengenai pernyataan agar Pertamina bekerja sama untuk sumur idle, sebelumnya disampaikan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan juga Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
"Kita sudah minta supaya itu dikerjasamakan atau dilepas, kita sudah kasih aturan untuk itu sudah ada dari Kementerian," ujar Arifin di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat lalu.
(akr)