Kawal Pasokan Bahan Pokok Tutup Ruang Gerak Mafia Pangan

Kamis, 15 Juni 2017 - 15:54 WIB
Kawal Pasokan Bahan Pokok Tutup Ruang Gerak Mafia Pangan
Kawal Pasokan Bahan Pokok Tutup Ruang Gerak Mafia Pangan
A A A
JAKARTA - Penentu harga bahan pokok menurut Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Imaduddin Abdullah harus dilihat dari dua faktor yakni supply dan demand. Saat Ramadan dan Lebaran, demand (permintaan) pasti naik, namun bukan karena ingin mengonsumsi makanan lebih banyak.

Namun terang dia kenaikan permintaan terjadi karena ada persepsi di masyarakat bahwa harga bahan kebutuhan pokok menjelang Lebaran akan naik, sehingga orang cenderung beli dulu untuk mengamankan.

"Lalu jika dilihat dari supply-nya, terdapat dua faktor penentu. Pertama adalah dilihat dari kondisi barang komoditas tersebut masuk masa panen sehingga harusnya supply-nya meningkat. Yang kedua, walaupun sudah meningkat tapi ada penimbunan. Yang kedua inilah yang menimbulkan masalah gejolak harga," ujar Imaduddin lewat keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (15/6/2017).

Selain itu, dia menambahkan masalah rantai distribusi yang panjang juga mempengaruhi supply hingga akan mempengaruhi harga juga. Jadi menurutnya memang tugas pemerintah untuk memastikan supply barang cukup.

Penyelesaian permasalahan spekulan atau yang biasa disebut mafia pangan ini, lanjut dia seolah menjadi agenda hisap jempol pemerintah semata. Harga daging sapi misalnya, pada tahun lalu pemerintah dikritik keras lantaran rakyat baru bisa menikmati daging dengan menukar uang kisaran Rp130.000-Rp150.000 untuk satu kilonya.

Imaduddin menerangkan fenomena anomali saat ini, dengan harga yang cenderung turun bukan berarti mafia pangan atau para spekulan sudah tidak ada lagi. Namun, menurut dia pemerintah dinilai berhasil “mengelabui” mafia pangan dengan menjaga supply pasokan bahan pokok, melakukan pengawasan, dan menegakan hukum dengan baik.

Sejumlah kebijakan Kemendag ditegaskan dapat mencegah terjadinya penimbunan dan praktik sejenis. "Ketika supply terus ditingkatkan, penimbun ini tidak punya "senjata" lagi. "Senjata" tersebut hanya akan efektif kalau bahan kebutuhan pokok langka, tapi kalau di pasar barang tetap tersedia maka otomatis akan tumpul senjata itu," paparnya.

Sisi lain yang memperkuat pengawalan harga bahan pokok tahun ini adalah kerja sama pemerintah pusat dan daerah yang berjalan baik. Ekonom senior Aviliani menambahkan, kebijakan kerja sama pemerintah pusat khususnya Kemendag dengan pemerintah daerah dalam hal menjaga stabilitas harga pangan dinilai baik.

"Kebijakan itu patut mendapat dukungan karena memang pemerintah daerahlah yang lebih mengetahui keadaan supply, demandnya derah mereka masing-masing," ujar Aviliani ketika dihubungi wartawan.

Sementara Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengaku stres karena harga daging ayam dan telur cepat turun. Permintaan yang tinggi ternyata “dihujani” dengan pasokan yang tinggi pula. Ayam yang belum afkir sudah terlanjur dipotong, sementara ayam petelur terus bertelur. Alhasil oversupply mengakibatkan harga turun.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4964 seconds (0.1#10.140)