Gugatan Ditolak MA, Ini Langkah KAHMI Kawal Penolakan Holding BUMN

Kamis, 15 Juni 2017 - 19:02 WIB
Gugatan Ditolak MA, Ini Langkah KAHMI Kawal Penolakan Holding BUMN
Gugatan Ditolak MA, Ini Langkah KAHMI Kawal Penolakan Holding BUMN
A A A
JAKARTA - Ketua Tim Kuasa Hukum Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Bisman Bakhtiar menyayangkan langkah Mahkamah Agung (MA) yang menolak gugatan atas pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016.

Sebelumnya, KAHMI telah melayangkan gugatan soal PP 72 tersebut lantaran isinya bertentangan dengan hukum yakni tentang perpindahan aset BUMN tanpa persetujuan dari DPR dan tanpa melalui mekanisme APBN.

"Iya, kami sudah mendengar, sangat disayangkan memang tapi harus diterima. Itu baru penolakan ya, kita masih menunggu nanti keputusan finalnya seperti apa," kata dia kepada wartawan, Kamis (15/6/2017).

Bisman pun menegaskan, langkah judicial review yang dilakukan timnya ke MA hanya merupakan salah satu langkah untuk menolak pelaksanaan PP tersebut. Untuk selanjutnya, proses di DPR atau legislatif review lah yang akan betul-betul dimaksimalkan untuk ke depannya.

"Judicial review enggak berhasil, kami akan maksimalkan di legislatif review, karena dari awal memang kajian hukumnya sudah tidak sesuai dengan undang-undang," katanya.

Dukungan Komisi VI DPR RI menjadi sangat penting saat ini, karena pada dasarnya mereka betul-betul sejakan dengan KAHMI untuk menolak pelaksanaan peraturan pemerintah tersebut. Pasalnya banyak bertabrakan dengan ketentuan dan hukum, yang pada nantinya akan dikritik hebat oleh masyarakat.

"Kami akan berjuang bersama DPR khususnya Komisi VI supaya PP ini tidak berjalan. Karena betul, kasihan pemerintah dan Presiden kalau nanti mendapat kritikan pedas soal pelaksanannya. Bisa-bisa, jika pemerintah ini berakhir, orang-orangnya akan dikejar KPK suatu hari, karena menjalankan sesuatu yang tidak sesuai ketentuan perundang-undangan," katanya.

Bisman pun menegaskan, penolakan atas PP ini bukan berarti anti terhadap langkah holdingisasi yang akan dilakukan pemerintah. Pada dasarnya, kata dia, holding akan sesuai dan layak jika prosesnya benar.

"Tapi ini kan prosesnya tidak melalui mekanisme APBN, itu rentan sekali akan digunakan ke hal-hal yang bertentangan dengan kedaulatan negara," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3711 seconds (0.1#10.140)