Rupiah Kembali Meriang Gagal Manfaatkan Lemahnya USD

Rabu, 21 Juni 2017 - 10:42 WIB
Rupiah Kembali Meriang Gagal Manfaatkan Lemahnya USD
Rupiah Kembali Meriang Gagal Manfaatkan Lemahnya USD
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu (21/6) belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Mata uang NKRI di pasar spot Bloomberg, memburuk 10 poin atau 0,08% ke level Rp13.302 per USD, dari penutupan kemarin di Rp13.292 per USD.

Sementara itu, rupiah di data Yahoo Finance pada pagi hari ini, terpantau terperosok 20 poin atau 0,15% ke level Rp13.300 per USD, setelah kemarin berakhir di level Rp13.280 per USD.

Data SINDOnews yang bersumber dari Limas, rupiah dibuka di level Rp13.296 per USD, lebih rendah tiga poin dari pembukaan Selasa di level Rp13.293 per USD.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada hari ini dipatok di level Rp13.301 per USD, terdepresiasi empat poin dari posisi Selasa di Rp13.297 per USD.

Masalah minimnya sentimen positif dalam negeri, menjadi salah satu kembali lemahnya rupiah pada Rabu ini. Rupiah pun gagal memanfaatkan turunnya dolar AS.

Dilansir dari CNBC, Rabu ini, indeks USD diperdagangkan melawan sekeranjang mata uang utama melemah ke 97,739, setelah sebelumnya berada di 97,871. Alhasil dolar melemah terhadap yen ke 111,35, setelah sempat menguat di level 111,50.

Hanya saja dolar masih menguat terhadap poundsterling di level USD1,2617 per GBP. Mata uang Inggris ini jatuh ke level terendah selama dua bulan ini, setelah Gubernur Bank of England, Mark Carney mengatakan bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat karena ketidakpastian seputar Brexit.

Sementara pasar AS tergolek karena ada perbedaan pandangan semalam. Presiden The Fed Chicago Charles Evans mengatakan bahwa The Fed dapat menunggu sampai akhir tahun sebelum membuat keputusan menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Adapun Presiden The Fed Boston Eric Rosengren melontarkan pernyataan bernada hawkish, bahwa AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga. Terhentinya laju USD juga karena hasil treasury alias obligas AS yang berakhir semalam.

Catatan Reuters, hasil obligasi 10 tahun menghasilkan US10YT = RR, turun tajam, membalikkan sebagian besar keuntungan yang dihasilkan ketika The Fed membiarkan kenaikan suku bunga sebelumnya pada tahun ini menyusul penurunan harga minyak.

"Turunnya harga minyak mentah melemahkan tekanan inflasi dan pada gilirannya menahan kenaikan hasil obligasi AS," kata Junichi Ishikawa, ahli strategi FX senior di IG Securities di Tokyo.

Sambung dia, Indikator inflasi AS belum kuat untuk dimulai. "Sekarang minyak turun, hal itu bisa menambah tekanan lebih lanjut terhadap dolar dengan melemahkan sentimen terhadap sektor energi AS."
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8382 seconds (0.1#10.140)