Merdunya Bisnis Bedug Sambut Idul Fitri

Minggu, 25 Juni 2017 - 16:04 WIB
Merdunya Bisnis Bedug Sambut Idul Fitri
Merdunya Bisnis Bedug Sambut Idul Fitri
A A A
JAKARTA - Bedug menjadi salah satu alat yang meramaikan suasana Ramadan dan Idul Fitri. Suara bedug menjadi penanda kepada umat muslim bahwa waktu salat telah datang.

Saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, seluruh masjid menabuh bedug menandakan waktu kemenangan akan segera datang. Masyarakat pun berduyun-duyun memadati masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri.

Tak hanya itu, bedug juga menjadi barang paling dicari oleh perusahaan, hotel, ataupun mal saat Ramadan. Mereka juga ingin turut meramaikan bulan suci dengan menghadirkan dekorasi bernuansa Islami.

Dengan segala macam keperluan tersebut, bisnis bedug pun menjadi salah satu peluang usaha yang menguntungkan saat Ramadan hingga Idul Fitri. Tak ayal, peluang ini juga dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat di sekitaran Tanah Abang untuk berjualan bedug.

Jika anda melewati sepanjang jalan K.H. Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat selama bulan puasa, pasti akan terlihat deretan pedagang bedug, baik di kiri atau kanan jalan. Mereka adalah pedagang kambing di Pasar Kambing, Tanah Abang yang bertransformasi menjadi pedagang bedug selama bulan Ramadan.

Salah satu diantara mereka adalah Azis (27), yang berjualan bedug di depan pusat perbelanjaan Thamrin City. Azis mengaku, usaha ini merupakan usaha turun menurun dari sang kakek.Sang kakek yang merupakan pedagang kambing di Pasar Kambing, menurunkan ilmunya kepada sang ayah. Kemudian, ayahnya pun menurunkan bisnis tersebut kepadanya.

"Sudah turun menurun dari keluarga (bisnis kambing). Dari kakek semua juga turun menurun. Iya dari Pasar Kambing. Wah sudah lama, kurang tahu sudah dari tahun berapa," ungkapnya kepada SINDOnews di Jakarta, belum lama ini.

Dia mengungkapkan, menjual bedug hanyalah usaha musiman saja. Sementara setiap harinya, para pedagang tersebut berjualan kambing di pasar yang berada di jalan H. Sabeni tersebut. "Iya banyak (yang jualan bedug). Musiman pas Lebaran," akunya.

Harga yang dibanderol pun tak terlalu mahal. Untuk bedug berukuran besar yang terbuat dari kulit kambing dan kaleng dipatok seharga Rp750.000 per bedug. Sedangkan yang terbuat dari kulit sapi dibanderol Rp1,5 juta per bedug.

"Kalau kulit sapi kan lebih kuat. Suara sih sama saja, tapi lebih kuat saja. Kalau yang kecil kaleng kena Rp200.000. Kalau yang kayu kena Rp1,8 juta yang besar," sebut Azis.

Dia menjelaskan, kulit kambing atau sapi yang akan digunakan untuk bedug tersebut harus terlebih dahulu dikeringkan. Kemudian, saat akan dipasang direndam ke dalam air agar tidak kaku.

"Kulitnya dikeringkan dulu, dijemur. Nanti pas mau pasangnya direndam dulu biar enggak kaku. Kalau direndam di air kan dia jadi layu, baru bisa dipasang," terang dia.

Selama sebulan, dirinya bisa meraup untung bersih sekitar Rp20 juta. Konsumennya beragam, mulai dari pengurus musala atau masjid hingga perusahaan. Konsumennya pun tak hanya berasal dari Jakarta, melainkan dari daerah seperti Pulau Seribu, Bengkulu, hingga Kalimantan.

Keuntungan tersebut pun menurutnya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sebab, semakin hari semakin banyak masyarakat sekitar yang berjualan bedug. "Dari tahun ke tahun menurun. Iya (yang dagang makin banyak). Sekarang kan orang juga sudah ngerti dan bisa bikin sendiri," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4305 seconds (0.1#10.140)