Arab Saudi dan Rusia Perpanjang Pengurangan Pasokan Minyak

Kamis, 05 Oktober 2023 - 12:31 WIB
loading...
Arab Saudi dan Rusia Perpanjang Pengurangan Pasokan Minyak
Arab Saudi dan Rusia pada Rabu (4/10) resmi mengumumkan perpanjangan pengurangan produksi dan ekspor minyaknya hingga akhir tahun. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Arab Saudi dan Rusia pada hari Rabu (4/10) mengumumkan perpanjangan pengurangan ekspor minyak hingga akhir tahun. Kedua negara, yang merupakan pemimpin kelompok produsen minyak utama OPEC+ itu membuat pengumuman dalam pernyataan resmi terpisah beberapa jam sebelum panel pemantau tingkat menteri dari kelompok tersebut dijadwalkan bertemu secara online.

Kementerian Energi Saudi dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa Riyadh akan terus memangkas produksi minyak mentahnya sebesar 1 juta barel per hari (bph). Produksi untuk bulan November dan Desember akan berjumlah sekitar 9 juta barel per hari.



“Keputusan pemotongan sukarela ini akan ditinjau bulan depan untuk mempertimbangkan memperdalam pemotongan atau meningkatkan produksi,” kata kementerian tersebut seperti dilansir Russia Today, Kamis (5/10/2023).

Pada saat yang sama, Wakil Perdana Menteri Rusia Aleksandr Novak menegaskan kembali bahwa Moskow akan terus membatasi ekspor minyaknya sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir tahun, di luar pemotongan yang dilakukan sebelumnya dengan negara-negara OPEC+ lainnya. Dia menambahkan bahwa Rusia akan meninjau keputusan tersebut bulan depan setelah menganalisis pasar.

“Bulan depan akan dilakukan analisis pasar untuk mengambil keputusan apakah akan memperdalam pengurangan atau meningkatkan produksi minyak. Hal ini merupakan tambahan dari pengurangan sukarela yang sebelumnya diumumkan Rusia pada April 2023, yang akan berlangsung hingga akhir Desember 2024,” jelas Novak.



Rusia telah berjanji untuk membatasi produksi minyak mentah sekitar 500.000 barel per hari, atau hampir 5% dari produksinya, mulai bulan Maret hingga akhir tahun ini.

OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, pada Oktober lalu sepakat untuk memangkas produksinya sekitar 2% dari permintaan dunia mulai November lalu hingga akhir tahun 2023. Kelompok tersebut kemudian setuju untuk memperpanjang pembatasan tersebut. hingga akhir tahun 2024 dalam upaya menyeimbangkan pasar.

Harga minyak global telah meningkat secara signifikan sejak Rusia dan Arab Saudi mengumumkan pengurangan pasokan pada awal Juli, dengan minyak mentah Brent melonjak dari sekitar USD76 per barel menjadi hampir USD89 saat ini.

Di dalam negeri, kenaikan harga minyak belakangan ini juga terus menjadi perhatian pemerintah. Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji belum lama ini menyuarakan kekhawatirannya akan harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan, bahkan sempat menyentuh level USD100 dolar per barel.

Meski juga membawa keuntungan bagi sektor hulu migas nasional, kenaikan harga minyak yang terlalu tinggi dikhawatirkan akan membawa dampak yang kurang baik. Dia mengatakan, melonjaknya harga minyak mentah global saat ini tentu akan berdampak terhadap sektor hilir atau harga bahan bakar minyak (BBM) di Tanah Air.

"Kalau ke hilir iya karena kita impor di hilir kan. Kalau ke hulu menguntungkan memang, tapi nanti kalau suatu saat terlalu tinggi ya hulu itu biaya pemboran naik juga, sewa pun naik. Masalahnya kalau terlalu tinggi, jadi kita kurang favorable kalau harga minyak terlalu tinggi. (Jadi) jangan di atas USD90," ujarnya beberapa waktu lalu.
(fjo)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1758 seconds (0.1#10.140)