Wall Street Berakhir Merayap Naik Dibayangi Memanasnya Konflik Timur Tengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wall Street ditutup lebih tinggi pada perdagangan, Senin (9/10/2023) waktu setempat, di tengah memanasnya konflik Timur Tengah usai kelompok Islam Palestina Hamas melayangkan serangan kejutan terhadap Israel. Saham energi terpantau menguat, ketika investor terus memantau konflik Israel dan Palestina .
Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 197,07 poin atau 0,59% menjadi 33.604,65. Sedangkan indeks S&P 500 (.SPX) menguat 27,16 poin yang setara 0,63% menjadi 4,335.66 dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 52,90 poin atau 0,39% ke posisi 13,484.24.
Berita tentang konflik Israel dan Palestina memicu kenaikan harga minyak karena kekhawatiran pasokan. Namun indeks saham berhasil membalikkan penurunan sebelumnya berkat komentar resmi Federal Reserve yang lebih dovish.
Akibatnya investor tampaknya kembali fokus pada hal-hal yang lebih berpusat pada Amerika Serikat (AS), kata John Augustine, kepala investasi di Huntington National Bank di Columbus, Ohio.
“Pasar saham dan investor fokus pada dua hal, perekonomian dan pendapatan. Perekonomian AS tidak melambat dan pendapatan diperkirakan akan keluar dari resesi dengan laporan mulai minggu ini,” kata Augustine.
"Fundamental-fundamental tersebut lebih kuat di pasar dibandingkan dengan berita utama geopolitik yang buruk pada akhir pekan. Sama seperti saat laporan pekerjaan yang kuat dibandingkan kekhawatiran terhadap The Fed pada hari Jumat."
Lonjakan imbal hasil Treasury AS baru-baru ini telah menekan ekuitas. Tekanan tersebut mereda karena kenaikan iShares Core 10+ tahun obligasi AS Exchange Traded Fund (ETF) dan iShares 20+ tahun Treasury bond ETF (TLT.O) menunjukkan bahwa imbal hasil bisa turun pada hari Selasa.
Sementara itu, para pejabat The Fed mengindikasikan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS jangka panjang baru-baru ini, yang secara langsung mempengaruhi biaya pembiayaan rumah tangga dan bisnis, dapat mengarahkan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya lebih lanjut.
Hal ini meredakan beberapa kekhawatiran di kalangan investor ekuitas. Namun aset-aset safe-haven tradisional tetap diminati, dengan emas naik 1,6%, meskipun indeks dolar AS menyerah pada kenaikan sebelumnya dan turun 0,18%.
Meningkatnya harga minyak mendorong sektor energi S&P (.SPNY) yang berakhir naik 3,5%, menjadikannya peraih keuntungan terbesar di antara 11 sektor industri utama S&P 500.
United Airlines (UAL.O), Delta Air Lines (DAL.N) dan American Airlines (AAL.O) menangguhkan penerbangan langsung ke Tel Aviv. Saham maskapai penerbangan, yang juga terdampak oleh kenaikan harga minyak, masing-masing turun lebih dari 4%. Hal ini memberikan tekanan pada indeks S&P 500 Passenger Airlines (.SPLRCALI) yang kehilangan 3,7%.
Perusahaan pertahanan menguat setelah berita dari Israel, dengan indeks S&P 500 Aerospace & Defense (.SPLRCAERO) berakhir naik 5,6% untuk persentase kenaikan satu hari terbesar sejak November 2020. Perusahaan yang mengalami kenaikan terbesar adalah Northrop Grumman (NOC.N), yang naik 11,4%, dan L3Harris Technologies (LHX.N), yang bertambah 9,96%.
Di bursa saham Amerika terpantau ada 8,71 miliar lembar saham yang diperdangkan. Hal itu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 10,68 miliar lembar saham dalam 20 sesi terakhir.
Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 197,07 poin atau 0,59% menjadi 33.604,65. Sedangkan indeks S&P 500 (.SPX) menguat 27,16 poin yang setara 0,63% menjadi 4,335.66 dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 52,90 poin atau 0,39% ke posisi 13,484.24.
Berita tentang konflik Israel dan Palestina memicu kenaikan harga minyak karena kekhawatiran pasokan. Namun indeks saham berhasil membalikkan penurunan sebelumnya berkat komentar resmi Federal Reserve yang lebih dovish.
Akibatnya investor tampaknya kembali fokus pada hal-hal yang lebih berpusat pada Amerika Serikat (AS), kata John Augustine, kepala investasi di Huntington National Bank di Columbus, Ohio.
“Pasar saham dan investor fokus pada dua hal, perekonomian dan pendapatan. Perekonomian AS tidak melambat dan pendapatan diperkirakan akan keluar dari resesi dengan laporan mulai minggu ini,” kata Augustine.
"Fundamental-fundamental tersebut lebih kuat di pasar dibandingkan dengan berita utama geopolitik yang buruk pada akhir pekan. Sama seperti saat laporan pekerjaan yang kuat dibandingkan kekhawatiran terhadap The Fed pada hari Jumat."
Lonjakan imbal hasil Treasury AS baru-baru ini telah menekan ekuitas. Tekanan tersebut mereda karena kenaikan iShares Core 10+ tahun obligasi AS Exchange Traded Fund (ETF) dan iShares 20+ tahun Treasury bond ETF (TLT.O) menunjukkan bahwa imbal hasil bisa turun pada hari Selasa.
Sementara itu, para pejabat The Fed mengindikasikan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS jangka panjang baru-baru ini, yang secara langsung mempengaruhi biaya pembiayaan rumah tangga dan bisnis, dapat mengarahkan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya lebih lanjut.
Hal ini meredakan beberapa kekhawatiran di kalangan investor ekuitas. Namun aset-aset safe-haven tradisional tetap diminati, dengan emas naik 1,6%, meskipun indeks dolar AS menyerah pada kenaikan sebelumnya dan turun 0,18%.
Meningkatnya harga minyak mendorong sektor energi S&P (.SPNY) yang berakhir naik 3,5%, menjadikannya peraih keuntungan terbesar di antara 11 sektor industri utama S&P 500.
United Airlines (UAL.O), Delta Air Lines (DAL.N) dan American Airlines (AAL.O) menangguhkan penerbangan langsung ke Tel Aviv. Saham maskapai penerbangan, yang juga terdampak oleh kenaikan harga minyak, masing-masing turun lebih dari 4%. Hal ini memberikan tekanan pada indeks S&P 500 Passenger Airlines (.SPLRCALI) yang kehilangan 3,7%.
Perusahaan pertahanan menguat setelah berita dari Israel, dengan indeks S&P 500 Aerospace & Defense (.SPLRCAERO) berakhir naik 5,6% untuk persentase kenaikan satu hari terbesar sejak November 2020. Perusahaan yang mengalami kenaikan terbesar adalah Northrop Grumman (NOC.N), yang naik 11,4%, dan L3Harris Technologies (LHX.N), yang bertambah 9,96%.
Di bursa saham Amerika terpantau ada 8,71 miliar lembar saham yang diperdangkan. Hal itu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 10,68 miliar lembar saham dalam 20 sesi terakhir.
(akr)