Impor 1,5 Juta Ton Beras, Bulog: Tidak Terpatok Satu Negara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perum Bulog baru saja menerima penugasan pemerintah untuk impor beras sebesar1,5 juta ton. Impor pangan dasar itu untuk memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP).
Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaludin Iqbal mengatakan, pihaknya membidik lebih dari satu negara sebagai mitra impor. Artinya, importasi beras dari negara mana saja yang memungkinkan pemenuhan semua standar persyaratan.
“Pemerintah memang memberikan tambahan kuota penugasan impor kepada Perum Bulog sebanyak 1,5 juta ton, namun pelaksanaannya akan disesuaikan dengan kebutuhan penyaluran di dalam negeri," ujar Iqbal dalam keterangan pers, Rabu (11/10/2023).
Saat ini Bulog masih mencari negara mana yang masih banyak produksinya dan bisa memenuhi standar persyaratan. "Untuk negara asal impor ini bisa dari manapun tidak terpatok hanya 1 negara saja, jadi bisa banyak negara seperti penugasan sebelumnya," ucapnya.
Disamping itu, BUMN pangan ini terus melakukan pemantauan intensif terkait harga beras. Terjadinya kenaikan harga beras dikarenakan beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri, seperti El Nino dan juga situasi dalam negeri yang menjelang musim tanam.
“Masyarakat jangan khawatir, pemerintah melalui Bulog menjamin kebutuhan beras tersedia di masyarakat dengan harga terjangkau walau di pasaran ada sedikit kenaikan harga. Kami melakukan pemantauan secara terus menerus di tengah situasi saat ini agar tetap terkendali,” kata Iqbal.
Sampai saat ini Bulog sudah menggelontorkan beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia dengan jumlah 818.000 ton dan kegiatan ini juga terus berlanjut digelontorkan sampai harga stabil.
Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaludin Iqbal mengatakan, pihaknya membidik lebih dari satu negara sebagai mitra impor. Artinya, importasi beras dari negara mana saja yang memungkinkan pemenuhan semua standar persyaratan.
“Pemerintah memang memberikan tambahan kuota penugasan impor kepada Perum Bulog sebanyak 1,5 juta ton, namun pelaksanaannya akan disesuaikan dengan kebutuhan penyaluran di dalam negeri," ujar Iqbal dalam keterangan pers, Rabu (11/10/2023).
Saat ini Bulog masih mencari negara mana yang masih banyak produksinya dan bisa memenuhi standar persyaratan. "Untuk negara asal impor ini bisa dari manapun tidak terpatok hanya 1 negara saja, jadi bisa banyak negara seperti penugasan sebelumnya," ucapnya.
Disamping itu, BUMN pangan ini terus melakukan pemantauan intensif terkait harga beras. Terjadinya kenaikan harga beras dikarenakan beberapa faktor baik eksternal maupun internal dalam negeri, seperti El Nino dan juga situasi dalam negeri yang menjelang musim tanam.
“Masyarakat jangan khawatir, pemerintah melalui Bulog menjamin kebutuhan beras tersedia di masyarakat dengan harga terjangkau walau di pasaran ada sedikit kenaikan harga. Kami melakukan pemantauan secara terus menerus di tengah situasi saat ini agar tetap terkendali,” kata Iqbal.
Sampai saat ini Bulog sudah menggelontorkan beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di seluruh Indonesia dengan jumlah 818.000 ton dan kegiatan ini juga terus berlanjut digelontorkan sampai harga stabil.
(akr)