Mendag Enggar Menerobos Pasar Rusia, Mendorong Kemitraan

Sabtu, 05 Agustus 2017 - 13:10 WIB
Mendag Enggar Menerobos Pasar Rusia, Mendorong Kemitraan
Mendag Enggar Menerobos Pasar Rusia, Mendorong Kemitraan
A A A
MOSCOW - Di tengah berbagai upaya Pemerintah untuk terus menggairahkan ekspor non migas ke berbagai negara, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita melakukan kunjungan kerja ke Ibukota Federasi Rusia, Moskow pada 3-5 Agustus 2017. Pada hari pertama, Mendag dengan berbicara di Forum Bisnis Kelapa Sawit Indonesia–Rusia. Sejumlah pelaku usaha nasional di bidang kelapa sawit hadir dalam kesempatan ini, begitu pula dengan mitra serta calon mitra mereka dari Rusia.

“Salah satu isu yang dihembuskan pesaing di pasar Rusia adalah bahwa minyak kelapa sawit Indonesia tidak baik untuk kesehatan dan tidak bersih. Kepada peserta forum saya tegaskan bahwa Indonesia adalah produsen terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Karena itu, Pemerintah dan pelaku usaha memiliki komitment kuat untuk menjaga kualitas minyak kelapa sawit,” jelas Enggar seperti dilansir situs resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Mendag Enggar yang didampingi Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda, serta Duta Besar Indonesia di Moskow Mohamad Wahid Supriyadi juga melakukan kunjungan ke Kementerian Perdagangan dan Industri Rusia.

Diterima oleh Deputi Menteri merangkap Pelaksana Tugas Menteri Perdagangan dan Industri Rusia,Gleb Sergeevich Nikitin, Mendag Enggar menekankan bahwa kedua negara memiliki banyak peluang untuk meningkatkan kerja sama ekonomi karena saling melengkapi atau komplementer.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menggarisbawahi potensi kerja sama di bidang minyak nabati, produk makanan dan kehutanan, serta produk industri pertahanan. Sementara Rusia menawarkan sejumlah produk teknologi tinggi seperti peralatan pengatur lalu lintas udara, pesawat penumpang sipil, serta minat berinvestasi di sektor energi,dan mengikuti kegiatan pengadaan oleh pemerintah.

Kedua Menteri beserta delegasi masing-masing juga menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara BUMN Rusia, Rostec, dengan BUMN Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, terkait rencana pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 untuk menggantikan armada F-5 Indonesia yang sudah usang.

“Imbal dagang di bawah supervisi kedua Pemerintah ini diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran sebelas Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan,” ujarnya.

Enggar berharap agar kesepakatan imbal dagang kali ini dapat disusul oleh kesepakatan serupa menyangkut produk atau sektor lain. Kesempatan itu kini sangat terbuka karena Rusia menghadapi embargo perdagangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, serta sekutu-sekutunya terkait isu keamanan dan teritorial.

Sementara Rusia membalas dengan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut. Akibat embargo dan kontra embargo ini Rusia memerlukan sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk buah-buahan tropis, serta produk esensial lainnya.

“Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontra embargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi yang biasa karena kita juga melihat peluang di bidang pariwisata, pertukaran pelajar, kerja sama energi, teknologi,kedirgantaraan, dan lainnya,” imbuh Mendag Enggar.

Perdagangan bilateral antara Indonesia dan Rusia dapat dikatakan masih sangat rendah dibanding potensinya. Pada tahun 2012 total perdagangan kedua negara hanya mencatat USD3,4 miliar dengan defisit di pihak Indonesia sebesar USD1,6 miliar.

Nilai perdagangan dan defisit yang sama dicatat pada tahun 2013 sebelum perdagangan bilateral menurun menjadi USD2,6 miliar pada tahun 2014 dan USD1,9 miliar pada tahun 2015 yang dibarengi perbaikan dalam posisi neraca bagi Indonesia. Pada tahun 2015 Indonesia mulai mencatat surplus perdagangan senilai USD 1,1 juta dengan Rusia dan meningkat menjadi USD411 juta pada tahun 2016.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5475 seconds (0.1#10.140)