JK: Perbedaan Gaji yang Tinggi Penyebab Ketimpangan di RI
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (Wapres JK) mengakui tingkat ketimpangan di Indonesia masih tinggi. Penyebabnya antara lain, tingginya perbedaan pendapatan masyarakat di Tanah Air.
Menurutnya, banyak ukuran untuk melihat tingkat ketimpangan di suatu negara. Salah satunya, ketimpangan pendapatan antara yang terendah dan tertinggi.
"Kalau di banyak negara tentu timpang tapi perbedaannya mungkin tidak tinggi. Tapi kalau di Indonesia, di Jakarta antara pendapatan terendah dengan pendapatan tertinggi bisa ratusan kali perbedaannya. Antara UMR dengan gaji profesional yang tinggi mungkin bisa 100 kali perbedaannya," kata dia di Gama Tower, Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Selain itu, tambah politisi Partai Golkar ini, ketimpangan juga bisa dilihat dari pendapatan per sektor. Misalnya, gaji seseorang yang berprofesi sebagai petani dan dokter jauh berbeda.
"Pendapatan per sektor. Petani, industri juga profesi lain. Guru, dokter, tentu mempunyai suatu perbedaan yang menyebabkan ketimpangan itu terjadi, namun juga akhirnya apabila kita ukur ketimpangan dari kemiskinan, utamanya harus kita perhatikan adalah produktivitasnya. Berapa produktivitas petani, berapa produktivitas lainnya, sehingga bisa dinaikkan," tuturnya.
JK tidak menampik, negara seperti Amerika Serikat (AS) belum lepas dari ketimpangan dan kemiskinan. Bahkan, AS juga terkenal dengan istilah 1% lawan 99%.
"Tetapi dia (AS) timpang dalam kemakmuran. Kita di Indonesia juga ketimpangan, tapi ketimpangan antara miskin dan kaya. Jadi kita timpang, miskin lagi. Itu hal yang tentu harus menjadi perhatian kita," jelas JK.
Menurutnya, banyak ukuran untuk melihat tingkat ketimpangan di suatu negara. Salah satunya, ketimpangan pendapatan antara yang terendah dan tertinggi.
"Kalau di banyak negara tentu timpang tapi perbedaannya mungkin tidak tinggi. Tapi kalau di Indonesia, di Jakarta antara pendapatan terendah dengan pendapatan tertinggi bisa ratusan kali perbedaannya. Antara UMR dengan gaji profesional yang tinggi mungkin bisa 100 kali perbedaannya," kata dia di Gama Tower, Jakarta, Rabu (9/8/2017).
Selain itu, tambah politisi Partai Golkar ini, ketimpangan juga bisa dilihat dari pendapatan per sektor. Misalnya, gaji seseorang yang berprofesi sebagai petani dan dokter jauh berbeda.
"Pendapatan per sektor. Petani, industri juga profesi lain. Guru, dokter, tentu mempunyai suatu perbedaan yang menyebabkan ketimpangan itu terjadi, namun juga akhirnya apabila kita ukur ketimpangan dari kemiskinan, utamanya harus kita perhatikan adalah produktivitasnya. Berapa produktivitas petani, berapa produktivitas lainnya, sehingga bisa dinaikkan," tuturnya.
JK tidak menampik, negara seperti Amerika Serikat (AS) belum lepas dari ketimpangan dan kemiskinan. Bahkan, AS juga terkenal dengan istilah 1% lawan 99%.
"Tetapi dia (AS) timpang dalam kemakmuran. Kita di Indonesia juga ketimpangan, tapi ketimpangan antara miskin dan kaya. Jadi kita timpang, miskin lagi. Itu hal yang tentu harus menjadi perhatian kita," jelas JK.
(izz)