Tak Semanis 2016, Manulife Masih Catat Pertumbuhan 15%

Rabu, 23 Agustus 2017 - 16:21 WIB
Tak Semanis 2016, Manulife Masih Catat Pertumbuhan 15%
Tak Semanis 2016, Manulife Masih Catat Pertumbuhan 15%
A A A
BANDUNG - Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil juga berdampak terhadap industri asuransi. Di Bandung, industri asuransi mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding semester pertama 2016.

District Manager Divisi Bandung PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Oey Tjun Seng mengakui, pada semester pertama tahun ini, industri asuransi tidak secemerlang tahun lalu. Meski mengalami pertumbuhan, namun angka kenaikannya tak terlalu fantastis.

"Kinerja Manulife wilayah Bandung memang mengalami pertumbuhan, tapi tak terlalu signifikan dibanding tahun lalu. Tapi kami masih bersyukur bisa mencatat pertumbuhan 15% di semester I/2017," kata dia saat peluncuran produk MiUltimate Critical Care bagi penyakit kritis di Kantor Manulife Bandung, Rabu (23/8/2017).

Menurutnya, persaingan bisnis asuransi saat ini semakin besar. Sementara kue yang diperebutkan tidak mengalami pertambahan signifikan, karena pengguna asuransi di Bandung belum begitu banyak.

Namun, pihaknya optimistis pengetahuan masyarakat tentang asuransi kesehatan akan semakin meningkat. Kebutuhan akan jaminan dana kesehatan di masa depan, semakin diincar masyarakat di tengah tingginya risiko penyakit.

Diluncurkan produk MiUltimate Critical Care atau asuransi penyakit kritis murni oleh Manulife, diharapkan mampu mendongkrak pemegang polis Manulife. Dia optimistis, produk tersebut bisa berkontribusi antara 5%-10% terhadap kinerja Manulife di Bandung.

"Biasanya dengan produk baru mereka (masyarakat) antusias. Karena memang masyarakat yang miliki polis asuransi masih rendah. Kami yakin, produk kami ini bisa diterima kalangan menengah atas," tutur dia.

Berbagai upaya akan dilakukan Manulife Bandung untuk menggenjot kinerja perseroan. Salah satunya sosialisasi kepada masyarakat perlunya investasi kesehatan, juga menggandeng agen asuransi.

Sementara itu, Head of Product Management Yufitasari mengatakan, asuransi penyakit kritis diperlukan mengingat tingginya biaya yang mesti dikeluarkan masyarakat. Bahkan, 5 dari 10 orang yang terkena kanker, bangkrut dalam satu tahun.

"Biasanya 38% pengeluaran dipakai untuk kesehatan. Belum lagi, biaya kesehatan penyakit kritis, rata-rata mengalami kenaikan hingga 15%. Makanya perlu investasi asuransi untuk mengcover keperluan itu," ujar dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5213 seconds (0.1#10.140)